Jual Robusta Unggul, Ini Pesan Kepala Dinas TPHP Provinsi Bengkulu untuk Petani Kopi

IST/BE Petani memetik kopi yang telah matang di kebun.--

Harianbengkuluekspress.id - Petani Kopi di Provinsi Bengkulu didorong untuk menjual biji kopi robusta unggulan atau fine robusta. Hal ini mengingat fine robusta memiliki harga jauh lebih mahal dibanding robusta biasa.

"Robusta komersial sekilo cuma Rp 50.000, beda dengan Fine Robusta harganya bisa 4 kali lebih mahal," kata Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Provinsi Bengkulu, M Rizon SHut MSi kepada BE.

Ia mengatakan fine robusta dapat dihargai diatas Rp 80 ribu per kilo. Hal ini disebabkan, fine robusta biasa digunakan sebagai bahan baku kopi kemasan sachet atau kopi yang dibeli murah untuk diekspor keluar negeri untuk industri yang biasa ditemui di supermarket. 

"Fine robusta punya harga bagus karena biasa digunakan sebagai bahan baku kopi kemasan sachet atau kopi yang dibeli murah untuk diekspor keluar negeri," ujar Rizon.

BACA JUGA:SPMB, Dikbud Tunggu Juknis, Gunakan Empat Jalur Ini

BACA JUGA:Waspada Modus Penipuan Kerja ke LN, Ini Imbauan Kepala Disnaker Provinsi Bengkulu

Disisi lain, fine robusta disebut menjadi salah satu cara meningkatkan pendapatan petani dengan luas lahan yang sama. Akan tetapi para petani masih enggan menanam biji kopi robusta unggulan tersebut karena jumlah permintaan pasar yang masih sedikit.

"Fine robusta itu bisa tingkatkan pendapatan petani, tapi banyak dari petani kita yang enggan menanamnya," ujarnya.

Oleh karena itu, Dinas TPHP mengedukasi dan memperkenalkan fine robusta kepada konsumen agar segmen pasar untuk produk tersebut meningkat dan diharapkan membuka peluang bagi para petani kopi.

"Jangan minum kopi asal, asal kopi. Tapi, robusta yang baik ada lho. Kalau peluangnya ada, petani mau menanam karena harganya bagus," ujar Rizon.

BACA JUGA:Larangan Hanya Berlaku 3 Hari, Prabowo Kembali Izinkan Pengecer Jual LPG 3 Kg

Selain edukasi kepada konsumen agar permintaan fine robusta meningkat, petani juga perlu diedukasi untuk memperbaiki kualitas produksi kopi melalui cara panen dan pengolahan pascapanen. Rizon menyebut produksi untuk kopi robusta sebanyak 80 persen di Bengkulu cukup tinggi. Tapi, hanya lima persen diantaranya yang diperkirakan merupakan fine robusta.

"Petani yang memproduksi fine robusta di Bengkulu masih sedikit," tuturnya.

Meski saat ini tingkat konsumsi dan produksi fine robusta masih sangat rendah, Ia optimistis angka tersebut akan terus tumbuh seiring dengan fase kopi gelombang ketiga ketika konsumen mulai mengapresiasi rasa kopi dari asalnya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan