Kelangkaan BBM di Bengkulu Selatan, Bupati: Ini Masalah Nasional, Saya Pun Ikut Antre
Bupati Bengkulu Selatan, H Rifai Tajudin SSos-Renald/Bengkuluekspress-
Harianbengkuluekspress.id– Dalam beberapa hari terakhir, antrean kendaraan di sejumlah SPBU di Bengkulu Selatan kian panjang.
Dari pagi hingga malam, deretan mobil dan sepeda motor tampak mengular di tepi jalan, menunggu giliran mendapatkan bahan bakar minyak (BBM).
Situasi ini menimbulkan keluhan dari warga yang harus rela menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk mengisi tangki. Bupati Bengkulu Selatan, H. Rifa’i Tajuddin, angkat bicara menanggapi keresahan tersebut.
Ia menegaskan bahwa persoalan kelangkaan BBM tidak hanya terjadi di Bengkulu Selatan, melainkan sudah menjadi persoalan berskala nasional.
BACA JUGA:APBDes 2026, Pembangunan Pelapis Tebing dan Jalan Usaha Tani Jadi Prioritas Desa Sosok Baru
BACA JUGA:Kepergok Mencuri, 2 Warga Diamuk Massa
“Ini sudah masalah skala nasional. Di Bengkulu, saya langsung merasakan dan ikut mengantre. Tidak ada obat ini, perkara Pulau Bai ini,” ujar Bupati Rifa’i kepada BE, Selasa 11 November 2025.
Ungkapan itu menggambarkan keprihatinan sekaligus empati seorang kepala daerah yang ikut merasakan apa yang dialami warganya.
Ia menuturkan bahwa antrean panjang bukan hanya cerita dari masyarakat, tetapi pengalaman nyata yang turut ia hadapi sendiri.
“Bahkan saya pun ikut antre BBM di SPBU. Jadi saya tahu betul bagaimana susahnya masyarakat mendapatkan bahan bakar sekarang ini,” ujarnya.
Bupati Rifa’i juga menjelaskan, kelangkaan ini disebabkan oleh terhambatnya distribusi dari jalur laut yang berpusat di Pulau Bai, Bengkulu. Pengiriman BBM ke wilayah selatan Bengkulu menjadi tersendat, sehingga stok di SPBU cepat habis.
Sebagai langkah antisipasi, ia pernah mewacanakan pembangunan pelabuhan darurat di kawasan Pantai Pasar Bawah.
Tujuannya agar kapal pengangkut BBM dapat langsung bersandar di Bengkulu Selatan tanpa harus menunggu distribusi dari pelabuhan utama. Namun hasil kajian menunjukkan kondisi laut di wilayah tersebut belum memungkinkan.
“Terkait dengan wacana saya dulu ingin membuat pelabuhan untuk alternatif itu, ternyata laut kita 700 meter ke tengah masih dangkal,” terangnya.