BACA JUGA:Zamhari Resmi Ditetapkan sebagai Ketua DPRD Mukomuko, Ini Jadwal Pelantikannya
Situasi ini juga disoroti oleh Ujang, petani sawit asal Kecamatan Penarik. Menurutnya, saat harga sawit naik, pihak yang cukup diuntungkan adalah pencari brondolan sawit yang tidak memiliki kebun sendiri.
Mereka mengumpulkan brondolan tanpa perlu memikirkan biaya perawatan kebun, sehingga bisa mendapatkan keuntungan lebih besar.
"Mereka yang mencari brondolan sawit biasanya tidak punya kebun luas, tapi saat harga tinggi, mereka meraih keuntungan besar. Sementara kami, pemilik kebun, harus menghadapi masalah penurunan produksi dan meningkatnya pencurian sawit," ungkap Ujang.
Walaupun para petani sawit menghadapi tantangan yang cukup besar, kenaikan harga sawit tetap memberikan dampak positif pada perekonomian masyarakat di Kabupaten Mukomuko.
Tidak hanya pemilik kebun sawit yang merasakan manfaatnya, tetapi juga masyarakat yang bekerja sebagai pencari brondolan sawit. Kenaikan harga ini mendorong roda ekonomi di berbagai sektor yang berkaitan dengan sawit.
"Harga sawit yang tinggi membawa dampak positif pada ekonomi masyarakat. Bukan hanya pemilik kebun sawit, tapi juga mereka yang bekerja sebagai pencari brondolan ikut merasakan manfaatnya. Ini sangat membantu, terutama menjelang akhir tahun seperti sekarang," tambah Ujang.
Di tengah kenaikan harga sawit yang berkelanjutan, para petani sawit di Mukomuko berharap harga ini bisa bertahan untuk jangka waktu yang lebih panjang.
BACA JUGA:Cegah Longsor di Sungai Manjuto Mukomuko, BWSS VII Bengkulu Lakukan Ini
BACA JUGA:2025, Pemkab Mukomuko Terima Alokasi Dana Rp 13,6 Miliar dari Pemerintah Pusat, Ini Peruntukannya
Namun, mereka juga berharap pemerintah dan pihak berwenang dapat memberikan perhatian lebih pada masalah pencurian sawit serta penurunan produksi yang mengganggu produktivitas.
"Kami berharap harga sawit tetap stabil atau bahkan bisa lebih tinggi lagi, karena sawit merupakan tumpuan ekonomi masyarakat di Mukomuko. Tetapi kami juga berharap ada perhatian lebih dari pemerintah terkait masalah pencurian dan penurunan produksi yang terus kami hadapi," pungkas Masruhin. (end)