Harianbengkuluekspress.id- Wabah demam babi Afrika (ASF) sedang menyebar di berbagai wilayah di Indonesia.
ASF pertama kali ditemukan di Afrika pada 1920-an, namun sejak beberapa tahun terakhir, penyakit ini mulai menyebar ke berbagai negara, termasuk di Asia, Eropa, dan bahkan Indonesia.
Penyebaran penyakit ini seringkali terjadi melalui kontak langsung antara babi yang terinfeksi dan babi yang sehat, serta melalui makanan atau peralatan yang terkontaminasi.
Menurut Badan Karantina Pertanian (Barantin), penyakit ini telah membunuh ratusan babi, terutama di provinsi Nabire, Papua Tengah, dalam beberapa minggu terakhir.
Epidemiolog sekaligus peneliti keamanan dan ketahanan kesehatan global Griffith University Australia, Dicky Budiman menjelaskan, bahwa kolera babi Afrika merupakan penyakit virus yang sangat fatal bagi babi domestik dan babi hutan.
Bahkan, tingkat kematian akibat demam babi Afrika pada ternak-ternak ini hampir mencapai 100%.
"Hingga Agustus 2024, Indonesia telah melaporkan adanya wabah ASF di 32 dari 34 provinsi, termasuk Sumatera, Bangka Belitung, Jawa, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi, Kepulauan Riau, dan Papua,” kata Budiman.
BACA JUGA:DLH Percepat Pemangkasan Pohon, Antisipasi Cuaca Ekstrem Saat Momen Penting Ini Diakhir 2024
BACA JUGA:Dirikan Sekolah Lansia Produktif, Ini Target DP3AP2KB Kota Bengkulu
Kondisi ini menunjukkan bahwa wabah ASF sangat besar dan memiliki dampak yang signifikan terhadap industri peternakan babi dan ekonomi lokal, tambahnya.
Dicky menegaskan bahwa virus demam babi Afrika, yang telah menyebar ke banyak provinsi di Indonesia, tidak menular ke manusia dan tidak menimbulkan ancaman langsung terhadap kesehatan manusia.
Secara umum, virus demam babi Afrika tidak mempengaruhi keamanan daging babi untuk dikonsumsi manusia. Namun demikian, Dicky mengimbau agar masyarakat tidak mengonsumsi daging babi yang terinfeksi.
Bagi non-Muslim, penting juga untuk memastikan bahwa daging babi yang mereka makan berasal dari sumber yang dapat dipercaya, bebas dari penyakit, dan dimasak dengan sempurna.
Meskipun belum ada penularan demam babi Afrika ke manusia, Dicky mengatakan bahwa wabah ini masih memberikan dampak negatif bagi masyarakat.
"Pandemi ini menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat besar, terutama bagi para peternak kecil dan industri yang menggunakan babi," tandasnya. (**)