Harianbengkuluekspress.id - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Provinsi Bengkulu berharap terminal curah cair di Pelabuhan Pulau Baai bisa segera terealisasi. Pasalnya, dengan adanya terminal curah cair maka aktivitas pengiriman CPO ke luar daerah akan menjadi lebih cepat. Ketika terminal ini beroperasi maka CPO yang berasal dari beberapa perusahaan kelapa sawit di Bengkulu langsung ditampung di sejumlah tangki di terminal ini sehingga ketika kapal pengangkut CPO tiba di Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu maka akan langsung dipindahkan pada saat itu juga.
Perwakilan Gapki Bengkulu, Fahmi mengatakan, terus mendukung pembangunan terminal curah cair di Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu. "Selama ini proses pengangkutan CPO membutuhkan waktu yang lama, dari mobil tangki baru dipindahkan ke kapal. Dengan adanya terminal curah cair maka prosesnya akan menjadi lebih cepat karena pada saat itu juga CPO bisa langsung dipindahkan ke kapal," kata Fahmi, Sabtu 24 Agustus 2024.
Dengan cepatnya proses pemindahan CPO ke kapal maka akan cepat membuat perusahaan kelapa sawit mendapatkan untung. Dengan begitu, perusahaan akan lebih cepat melakukan produksi. Sehingga komoditas kelapa sawit di daerah akan maksimal terserap dan membuat produksi CPO menjadi tinggi.
"Kalau CPO cepat terjual tentu saja dampaknya besar bagi perusahaan dan itu akan membuat perusahaan semakin untung dan muaranya akan membuat petani kelapa sawit di daerah ikut sejahtera juga," ujarnya.
BACA JUGA:Alih Fungsi Lahan Ancam Ketahanan Pangan, Ini Pernyataan Kepala Dinas TPHP Provinsi Bengkulu
BACA JUGA:Gunakan Lahan Kosong untuk Budidaya Sayuran, Ini Manfaatnya
Ia menambahkan, produksi CPO di daerah pada tahun ini diperkirakan akan tetap stabil dan sama dengan tahun sebelumnya. Stabilnya CPO tersebut disebabkan permintaannya yang cukup banyak.
"Untuk tahun ini produksinya masih stabil dan diperkirakan sama seperti pada tahun lalu," kata Fahmi.
Tidak hanya itu, Fahmi mengaku, pemerintah pada telah mengimplementasikan program B50 di seluruh Indonesia. B50 adalah penerapan mandatori campuran biodiesel sebesar 50% dalam bahan bakar minyak jenis Solar. Jadi nantinya 50% kandungan minyak jenis solar berasal dari biodiesel.
"Indonesia sudah menerapkan B50 sehingga serapan CPO menjadi maksimal," tuturnya.
Ia mengungkapkan, ada tiga alasan pemerintah menggenjot biodisel. Pertama, Indonesia berusaha mencari sumber energi baru terbarukan untuk bisa terlepas dari ketergantungan energi fosil yang tak sadar akan habis. Kedua, Indonesia tergantung pada impor BBM termasuk solar dan impor tersebut cukup tinggi sementara di sisi lain Indonesia merupakan negara penghasil sawit terbesar di dunia. Ketiga untuk mengurangi impor BBM termasuk solar.
BACA JUGA:Pengunjung Pantai Diserang Ubur-ubur, Waspada Banyak di Pantai Berkas dan Jakat Bengkulu
"Banyak keuntungan dari menggenjot pemanfaatan biodiesel," tutupnya. (Rewa Yoke)