Harianbengkuluekspress.id- Wabah demam babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) telah meluas, dan sudah masuk di Indonesia.
KepalaBiro Hukum dan Hubungan masyarakat Sekretariat Utama Badan Karantina Pertanian,Hudiansyah Is Nursal menuturkan demam wabah babi sudah masuk di 32 Provinsi di Indonesia melaporkan temuan wabah ASF.
Penyebaran penyakit ini seringkali terjadi melalui kontak langsung antara babi yang terinfeksi dan babi yang sehat, serta melalui makanan atau peralatan yang terkontaminasi.
Indonesia, seperti negara lain di Asia, telah melaporkan kasus wabah babi pada beberapa daerah.
Keberadaan ASF di Indonesia bisa menimbulkan dampak besar terhadap produksi daging babi, yang menjadi sumber pangan penting di beberapa wilayah.
BACA JUGA:Wabah Demam Babi Masuk Ke Indonesia, Begini Penjelasan Badan Karantina
BACA JUGA:Kemenag Hapus Aset Tak Layak Pakai Di Arab Saudi, Ini Penggantinya
Meskipun tidak ada obat atau vaksin yang dapat mengobati ASF, wabah ini bisa sangat merugikan industri peternakan babi karena tingkat kematian yang sangat tinggi pada hewan yang terinfeksi.
Gejala ASF pada babi meliputi: Demam tinggi, Kehilangan nafsu makan, Lesu atau lemah, Munculnya bercak kemerahan atau biru pada kulit, terutama di bagian telinga, perut, dan kaki dan pembengkakan pada beberapa bagian tubuh.
Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 708 tahun 2024 tentang situasi penyakit hewan, daerah yang terdampak demam babi Afrika.
Dari 32 Provinsi, ada beberapa daerah yang saat ini kasusnya meningkat, salah satunya di Kabupaten Nabire, Papua Tengah.
Namun demikian, Hudiansyah menekankan bahwa demam babi Afrika tidak menular ke manusia.
"ASF bukan merupakan penyakit yang menular dari hewan ke manusia (zoonosis), sehingga produk daging babi yang diproses secara higienis aman untuk dikonsumsi. Penularan ke manusia melalui ekspresi genom tidak mungkin terjadi," katanya.
BACA JUGA:Perangkat Desa dan BPD Ancam Demo, Ini Masalah Pemicunya
BACA JUGA:Uang Saku 103 Atlet Lebong Tak Kunjung Cair, Ini Penjelasan Kadispora