82 Bayi Meninggal, Kepala DP3AP2KB Kota Bengkulu Beberkan Ini Faktor Penyebabnya

Selasa 14 Jan 2025 - 22:14 WIB
Reporter : Bhudi/Indriati
Editor : Zalmi Herawati

Harianbengkuluekspress.id - Kepala Dinas (Kadis) Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Bengkulu, Dewi Dharma mengatakan, angka kematian ibu meningkat dari tiga kasus pada 2023 menjadi empat kasus pada 2024.

Sementara itu, untuk angka kematian bayi juga naik cukup signifikan dari 65 kasus menjadi 82 kasus tahun 2024. Salah satu faktor utama yang penyebab tingginya angka kematian bayi adalah usia ibu yang masih sangat muda saat melakukan perkawinan.

"Banyak kasus ibu melahirkan dibawah usia produktif, misalnya usia 16 tahun, yang belum siap secara fisik dan mental untuk menjadi ibu. Hal ini menjadi salah satu penyebab utama angka kematian bayi yang tinggi," terang Dewi kepada BE, Selasa, 14 Januari 2025.

Selain itu, ada faktor lain, seperti ada penyakit degeneratif, hipotensi, eklampsia dan komplikasi saat persalinan yakni perdarahan akibat riwayat operasi sebelumnya menjadi salah satu penyebab kematian ibu.

BACA JUGA:Jabatan Rohidin - Rosjonsyah Berakhir, Pelantikan Gubernur Baru Tunggu Presiden

BACA JUGA:Galakkan Gotong Royong Atasi Sampah, Ini Ajakan Kepala DLH Kota Bengkulu untuk Warga

"Ada kasus ibu meninggal karena tekanan darah tinggi yang hal itu menyebabkan kejang-kejang ketika persalinan, serta perdarahan akibat placenta yang lengket pada persalinan sebelumnya," tambah Dewi.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bengkulu, hingga Desember 2024 tercatat 4 kasus kematian ibu dan 82 kasus kematian bayi di bawah usia 11 bulan. Angka ini naik dari tahun 2023, di mana tercatat 3 kematian ibu dan 65 kematian bayi. Kenaikan ini mencerminkan peningkatan sebesar 25% untuk kematian ibu dan 26,2% untuk kematian bayi.  

Pada 2024, Dewi menyoroti banyak bayi yang meninggal, karena lahir prematur atau sebelum usia kehamilan cukup bulan.

"Bayi yang lahir di usia kandungan kurang dari 7 bulan ini memiliki paru-paru yang belum matang, sehingga sangt sulit untuk bertahan hidup," jelasnya.

BACA JUGA:Puluhan Bidan Protes, Pengabdian Tak Dihargai Pemkab Seluma

Untuk itu, pada 2025 ini pentingnya pemberian edukasi dan juga persiapan sebelum menjadi seorang ibu, khususnya untuk remaja putri. Oleh karena itu, edukasi dan sosialisasi terkait hal itu akan gencar dilakukan di tahun ini.

"Remaja dibawah usia 20 tahun ini belum matang secara sistem reproduksi. Jadi, pernikahan di usia dini pun perlu dicegah melalui peran keluarga, tokoh masyarakat, tokoh agama serta semua pihak terkait," katanya.

Karena itu, dia menyebutkan, DP3AP2KB menekankan pentingnya program edukasi kesehatan reproduksi bagi remaja maupun calon pengantin.

"Kami juga terus mengajak seluruh elemen masyarakat untuk begerak bersama-sama, mulai dari keluarga, masyarakat hingga ke pemerintah untuk mempersiapkan remaja putri menjadi ibu yang sehat secara fisik dan mental," ungkapnya.

Kategori :