
Harianbengkuluekspress.id- Kementerian Agama sedang menggulirkan program penguatan pesantren yang ramah anak. Untuk tahun 2025, ditargetkan 512 pesantren ramah anak dijadikan percontohan.
Hal itu disampaikan Kepala Subdirektorat Pendidikan Salafiyah dan Kajian Kitab Kuning, pada Direktorat Pesantren Kementerian Agama, Yusi Damayanti dalam diskusi bertajuk "Pesantren Ramah Anak: Kesiapan Pesantren dalam Pencegahan dan Penanganan Kekerasan".
Dikatakan Yusi, Kemenag berupaya mencapai target pesantren ramah anak dimulai dari 512 pesantren percontohan hingga tahun 2029 yang mencapai 6530 Pesantren dengan program ramah anak.
BACA JUGA:Hadapi Australia Besok Sore, Pelatih Timnas Indonesia, Patrick Kluivert: Kami Datang untuk Menang
BACA JUGA:Kendaraan Disita Usai Kena Tilang Mulai April 2025 Viral Di Media Sosial, Polri Ungkap Begini
"Hal itu dilakukan agar meminimalisir kasus kekerasan dengan berbagai dalih relasi kuasa yang ada," ujarnya.
Acara ini bagian dari seri diskusi Suluh PTRG ke-21. Tujuannya, membahas langkah-langkah strategis untuk menciptakan lingkungan pesantren yang aman dan inklusif bagi anak-anak.
Diskusi yang dilakukan secara daring melalui Zoom disiarkan di kanal YouTube Official Rumah KitaB.
Hadir, tiga pembicara utama. Pertama, Dr. Lilik Hurriyah, M.Pd.I., peneliti sekaligus Kepala PSGA UIN Sunan Ampel Surabaya, yang membahas penerapan disiplin positif dalam Implementasi Pesantren Ramah Anak. Kedua, Dr. Ernawati, M.Pd.I., pengasuh Pondok Pesantren Nurushafa Cibogoh Garut, tentang SOP pencegahan dan penanganan kekerasan seksual.
Ketiga, Dr. Hj. Yusi Damayanti, S.E.Ak., M.M., Kepala Subdirektorat Pendidikan Salafiyah dan Kajian Kitab Kuning, Direktorat Pendidikan Pesantren Kementerian Agama RI, yang menjelaskan kebijakan pemerintah, khususnya Kemenag, serta jembatan kerja sama dengan berbagai pihak dalam perlindungan anak di lingkungan pesantren.
Ikut bergabung juga, Dr. K.H. Zulkarnaim Dali, M.Pd., Rektor UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu. Diskusi ini dipandu Ahmad Syarifin, dari PSGA UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu.
BACA JUGA:Selama Libur Lebaran 2025, BPJS Kesehatan Pastikan Akses Layanan JKN Tetap Terbuka
BACA JUGA:Kemendikdasmen Rilis Pembaharuan Rapor Pendidikan 2024, Sekolah Dan Pemda Wajib Tahu, Ini Poinnya
Diskusi ini menekankan pentingnya pesantren dalam mewujudkan pendidikan yang berbasis kesetaraan dan inklusi sosial.
Ramadan 2025 dianggap sebagai momentum strategis untuk merefleksikan kembali nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin, termasuk dalam memberikan perlindungan bagi anak-anak di lingkungan pesantren.