Perempuan Masih Jadi Sasaran Utama Kekerasan, Yayasan PUPA Bengkulu Ajak Semua Pihak Dukung Pemulihan

Direktur Yayasan PUPA Bengkulu, Susi Handayani-IST/BE-

Harianbengkuluekspress.id - Yayasan Pusat Pendidikan dan Pemberdayaan Perempuan dan Anak (PUPA) Provinsi Bengkulu menyebutkan betapa pentingnya memperkuat dukungan dalam pemulihan bagi para penyintas (korban) kekerasan terutama bagi perempuan.

Direktur Yayasan PUPA, Susi Handayani mengatakan bahwa bertambahnya jumlah perempuan korban kekerasan yang didampingi yayasan setiap tahunnya menggambarkan bahwa perempuan masih menjadi sasaran utama tindak kekerasan.

"Kita harus bersama-sama dan juga saling bahu-membahu dalam memperkuat dukungan bagi pemulihan bagi para korban kekerasan. Karena, dengan cara itu, korban kekerasan bisa terus bangkit," ungkapnya, Sabtu, 7 September 2024.

Ia menyebutkan, pengungkapan dan penanganan kekerasan seksual pada perempuan tidak mudah karena sering dikaitkan dengan konsep moralitas masyarakat. Sebagai simbol kesucian maupun kehormatan, perempuan di pandang sebagai aib ketika mengalami kekerasan seksual.

BACA JUGA:Harga Beras di Bengkulu Dipengaruhi 2 Hal, Simak Penjelasan BPS Berikut

BACA JUGA:Mandi Pantai di Kaur, Warga Pagar Alam Nyaris Tewas Terseret Ombak, Begini Kejadiannya

"Pandangan inilah yang menyebabkan banyak korban perempuan akhirnya bungkam dan tidak berani menyuarakan deritanya. Bahkan berusaha menyangkal statusnya sebagai korban. Meski kasus kekerasan telah selesai, perempuan korban masih harus berjuang untuk memulihkan diri dari trauma fisik dan psikologis yang dialami," katanya.

Oleh sebab itu, pemulihan sangat penting dalam menghilangkan trauma yang dialami korban kekerasan. Karena dari kejadian itu dapat menimbulkan berbagai masalah, baik fisik maupun psikologis. 

Reaksi tehadap trauma psikologis juga berbeda-beda, namun umumnya korban mengalami perubahan pada identitas diri. Identitas diri pasca trauma mencerminkan perubahan konfigurasi dimensi struktural dalam diri dan proses psikologis mereka.

"Paparan traumatis ini mempengaruhi korban secara emosional, mengubah rasa kesejahteraan, nilai-nilai maupun juga pandangan hidup mereka," paparnya.

Kondisi inilah yang membuat Yayasan PUPA Bengkulu sebagai lembaga layanan berbasis masyarakat tak bisa menutup mata. Dengan begitu harus terus memberikan layanan bagi korban kekerasan, memastikan komunitas mendukung upaya pemulihan, serta memastikan perlindungan dan penegakan hukum berjalan dengan baik.

"Pengawasan pada pelaksanaan pemenuhan hak korban, seperti kebenaran, keadilan dan pemulihan, juga harus terus dilakukan," tambahnya.

Selain itu, lanjutnya, Yayasan PUPA akan terus berkomitmen untuk mendampingi dan memperjuangkan hak-hak korban kekerasan ini, memastikan perlindungan dan pemulihan bagi para penyintas serta mendorong komunitas untuk aktif dalam upaya ini.

"Tujuan kita agar para korban kekerasan ini memiliki pengetahuan, keterampilan untuk memperjuangkan haknya serta sumber-sumber penghidupan dan dapat melakukan self-healing untuk penyembuhan luka," tutupnya. (529)

Tag
Share