BKSDA Tingkatkan Konservasi Hutan dan Satwa Langka, Ini Langah yang Ditempuh
INDRI/BE Eka Sofyan selaku Pengendali Ekosistem Hutan BKSDA Bengkulu--
"Kami melibatkan komunitas-komunitas lingkungan yang fokus pada spesies seperti bunga Rafflesia, Gajah Sumatera, Penyu, dan Mangrove," ungkap Eka.
Dia menekankan kolaborasi ini penting agar masyarakat dapat ikut serta dalam menjaga kekayaan alam Bengkulu. Pada 2019, BKSDA bekerja sama dengan 17 komunitas lingkungan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai peran penting ekosistem dalam kehidupan mereka sehari-hari.
BKSDA juga menjalankan dua program role model, yaitu pengembangan ekowisata di TWA Bukit Kaba dengan basis masyarakat di Desa Sumber Urip, Rejang Lebong, dan program pengendalian peredaran TSL di Pelabuhan Bakauheni, Lampung. Dengan adanya ekowisata berbasis masyarakat ini, kita tidak hanya melestarikan alam tetapi juga memberdayakan masyarakat secara ekonomi. Pengawasan ketat dilakukan dengan mengandalkan patroli rutin dan teknologi kamera pengintai, yang membantu mendapatkan data populasi satwa liar di dalam kawasan hutan konservasi.
“Informasi dari kamera ini sangat berharga, karena data yang dihasilkan menjadi dasar penting bagi kami untuk mengambil langkah strategis dalam melindungi satwa di wilayah ini," ungkap Eka.
BACA JUGA:Retribusi TKA Ditarget Rp 500 Juta, Satu TKA Bayar Pajak Rp 1,5 Juta
Eka juga menjelaskan, data ini digunakan sebagai acuan untuk memahami dinamika populasi satwa, termasuk perubahan jumlah individu dan ancaman yang mungkin mereka hadapi. Eka menyampaikan pernyataan yang penuh optimisme
"Kami percaya bahwa hutan dan ekosistemnya memiliki peran kunci dalam menghadapi perubahan iklim dan tantangan global lainnya. Upaya konservasi ini adalah tanggung jawab kita bersama, bukan hanya untuk hari ini, tetapi untuk kita di masa depan." (Indriati)