Kepala BGN Sebut Serangga Bisa Jadi Menu Makan Bergizi Gratis di Daerah Tertentu, Ini Alasannya

Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana,-Istimewa/Bengkuluekspress-
Harianbengkuluekspress.id- Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, mengatakan bahwa serangga dapat menjadi bagian dari menu program makanan sekolah gratis untuk mengkoordinasikan potensi sumber daya lokal.
Memang terdengar unik, namun serangga bisa menjadi sumber protein dan nutrisi yang sangat bergizi!
Diketahui, beberapa daerah juga sudah mengkonsumsi serangga sebagai makanan tradisional. Beberapa jenis serangga, seperti jangkrik, ulat, dan belalang, sudah lama dimanfaatkan sebagai bahan makanan di Indonesi,
"Kalau ada daerah-daerah tertentu yang terbiasa makan seperti itu (serangga), itu (serangga) bisa menjadi menu di daerah tersebut," ujar Dadan,
Seraya menambahkan bahwa hal ini merupakan contoh bagaimana Badan Gizi Nasional menetapkan standar gizi nasional, dan bukan menetapkan standar menu nasional.
BACA JUGA:Rumah Warga Bentiring Tinggal Puing, Korban Terpaksa Mengungsi, Butuh Uluran Tangan
Dadan juga memberikan contoh sumber protein yang berbeda berdasarkan potensi sumber daya lokal. "Ada daerah yang memiliki banyak telur, ada juga yang memiliki banyak ikan." tegasnya.
Selain variasi protein, Dadan juga tidak menutup kemungkinan adanya variasi menu untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat.
"Di daerah yang memiliki kebiasaan makan jagung, singkong, dan pisang rebus, nasi bisa diganti dengan ketiganya. Ini adalah contoh bagaimana keanekaragaman pangan dapat dirangkul dalam Program Makanan Bergizi," tambahnnya.
Menurut Dadan, peluang menggunakan serangga karena kandungan protein di setiap daerah bergantung pada potensi sumber daya lokal dan preferensi masyarakat setempat.
Ia juga mengimbau agar para pemangku kepentingan tidak menginterpretasikan potensi ini secara berbeda.
Saat ini program MBG sedang dilaksanakan di 31 provinsi di Indonesia, dengan total 238 Satuan Pelayanan Penyediaan Pangan Gizi (SPPG) yang beroperasi untuk memproduksi makanan untuk MBG. yang beroperasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Pada periode pertama dari Januari hingga April 2025, program MBG bertujuan untuk menjangkau 3 juta penerima manfaat; pada tahap berikutnya dari April hingga Agustus 2025, jumlah penerima manfaat ditargetkan meningkat menjadi 6 juta.(**)