Peninggalan benteng Marlborough sebagai peninggalan sejarah inggris terbesar di Asia Timur membuktikan keseriusan Inggris dalam menjadikan Bengkulu sebagai koloninya dengan harapan yang besar dan rasa optimisme untuk masa depan yang menguntungkan.
Bangunan dengan denah berbentuk Kura-kura yang awalnya berfungsi sebagai Benteng pertahanan, pergudangan dan perkantoran ini memiliki sejarah panjang sampai akhirnya menjadi situs cagar budaya di Bengkulu.
Melestarikan bangunan peninggalan kolonialisme merupakan sebuah kewajiban untuk mengingat dan belajar dari masa lalu dan sebagai pertimbangan dalam membuat keputusan untuk masa depan. Hal ini tentunya harus dilihat sebagai sesuatu yang positif. Bukan sebagai penghargaan dan mengenang pendudukan terhadap penjajah yang datang tetapi lebih pada hal baik apa yang bisa kita ambil. Selain itu juga akan menjadikan kita untuk terus melestarikan sejarah yang berhubungan dengan daerah kita
Paradoks Sejarah Bengkulu
Berbagai peninggalan Inggris di Bengkulu telah menunjukan bahwa Bengkulu merupakan daerah khusus yang dipersiapkan oleh Inggris untuk masa depan yang optimis. Sebuah aksi nyata yang menjadi catatan bagi masyarakat Bengkulu dan terlihat sampai ratusan tahun setelah mereka meninggalkan Bengkulu.
Keberadaan Inggris yang digantikan oleh Belanda ternyata tidak dapat meneruskan berbagai kebijakan signifikan yang dirasakan secara positif oleh masyarakat Bengkulu.
Kita tidak melihat banyak peninggalan Belanda yang dibangun di Bengkulu. Sebaliknya, Belanda lebih banyak mengambil kebijakan pada eksploitasi kekayaan Bengkulu tanpa berkontribusi positif untuk masyarakat Bengkulu.
Ibarat dua sisi yang bertentangan dari sistem kolonialisme yang telah menginjakan kakinya di Bengkulu.
Inggris dengan semua optimisme untuk mengembangkan Bengkulu sebagai daerah koloni baru dengan kebijakan pendekatan kepada masyarakat penduduk asli.
Sebaliknya, Belanda lebih pada memanfaatkan untuk mengeksploitasi Bengkulu untuk kepentingannya tanpa berkontribusi signifikan untuk masyarakat Bengkulu.
Untuk itu, tidaklah menjadi sesuatu yang berlebihan kalau masyarakat Bengkulu lebih melihat positif dari keberadaan Inggris di Bengkulu. Meskipun dalam perjalanannya tidak semua berlangsung dengan mulus dan lancar, tetapi secara umum berbagai kebijakan dan peninggalan yang tersisa dan masih bisa di lihat sampai saat ini telah membuktikan bahwa kontribusi Inggris membangun Bengkulu telah dirasakan oleh masyarakat Bengkulu.
Sejarah Bengkulu juga seringkali menjadi medan perdebatan, terutama dalam interpretasi peristiwa, tokoh pelaku terkait dengan perbedaan latar belakang kependudukan Inggris yang berbeda dengan daerah-daerah lain. Tetapi khusus untuk Bengkulu, kita melihat bahwa kependudukan Inggris selama sekitar 140 tahun telah mengubah kehidupan di Bengkulu dengan dinamikanya tersendiri, bahkan sampai saat ini setelah 200 tahun Traktat London di tandatangani.
Paradoks Sejarah Bengkulu menggarisbawahi subjektivitas dalam merekam sejarah dan bagaimana pemahaman tentang masa lalu menghadirkan kita dengan tantangan yang kompleks.
Namun, melalui pemahaman yang mendalam tentang paradoks ini, kita dapat lebih baik memahami sifat manusia, memperbaiki kesalahan masa lalu, dan membentuk masa depan yang lebih baik.