Harianbengkuluekspress.id - Jauh sebelum Bengkulu ditetapkan sebagai provinsi ke 26 pada 18 November 1968, Bengkulu merupakan daerah spesial yang memiliki latar belakang panjang dalam sejarah yang signifikan dalam kontribusi bangsa Indonesia.
Catatan sejarah Bengkulu saat ini yang banyak didapatkan dari berbagai manuskrip saat kolonialisme oleh bangsa Inggris selama sekitar 140 Tahun di Bengkulu.
Awalnya Bengkulu merupakan sebuah tanah bebas yang merdeka serta memiliki potensi akan lada berkualitas yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Melihat peluang ini para petinggi lokal di Bengkulu telah melakukan komunikasi ke bangsa Inggris mengenai kemungkinan kerjasama dagang yang saling menguntungkan.
Melalui kerja sama dagang inilah nantinya Inggris melalui British East India Company datang ke Bengkulu. Hal inilah yang kemudian mencatatkan sejarah bahwa kependudukan Inggris di Bengkulu tidak melalui penyerangan tetapi melalui komunikasi dan perjanjian kerjasama yang awalnya menguntungkan untuk kedua belah pihak.
Selama ratusan tahun di Bengkulu Inggris telah membuat banyak catatan tersendiri yang terstruktur dan tersimpan rapi, ini menjadi refrensi khusus yang dimanfaatkan sebagai bahan literasi mengenai sejarah perjalanan panjang Bengkulu.
BACA JUGA:Pilgub Bengkulu 2024: Rohidin Kembali Bidik Tokoh Rejang, Berikut Alasannya
BACA JUGA:Rohidin Bangun Koalisi Gemuk, Ini Partai yang akan Digandeng
Sebagai bahan literasi sejarah berbagai catatan dari Inggris ini kedapan banyak digunakan sebagai refrensi yang merujuk pada sejarah yang melekat dengan Bengkulu.
Salah satu catatan yang banyak dijadikan referensi dari Sir Thomas Stamford Raffles ketika beliau diangkat menjadi Gubernur Jenderal Bengkulu pada tahun 1818.
Gubernur Raffles bertugas di Bengkulu selama 6 tahun, yaitu dari tahun 1818 sampai tahun 1824. Selama bertugas di Bengkulu Raffles banyak melakukan perjalanan ke daerah-daerah pedalaman.
Dalam salah satu perjalanannya, Raffles dengan didampingi istri dan Dr. Arnold (pakar Botani), singgah di Desa Pulau Lebar, Lubuk Tapi (Bengkulu Selatan).
Di desa inilah Raffles menemukan bunga yang berukuran sangat besar dan indah. Penduduk setempat menamakan bunga ini Petimun Sikinlili atau Sirih Hantu.
Bunga tersebut kemudian diberi nama Rafflesia Arnoldi, diambil dari nama Raffles dan Dr. Arnold. Bunga Rafflesia Arnoldi saat ini sudah menjadi simbol Provinsi Bengkulu yang dikenal dengan nama Bumi Rafflesia.
Pada pemerintahan Raffles di Bengkulu, beliau memiliki pola kepemimpinan yang komunikatif bersama dengan masyarakat asli Bengkulu.
Hal ini menjadikan kebijakan yang diambilnya selalu mendapatkan dukungan tanpa adanya pertentangan yang berarti. Salah satu kebijakan populisnya adalah penghapusan sistem perbudakan yang disambut dengan sangat baik oleh masyarakat Bengkulu.