Harianbengkuluekspress.id- Sebanyak 55 ribu jemaah haji Indonesia dengan risiko tinggi (Risti) diprioritaskan ikut dalam skema murur.
Murur adalah mabit (bermalam) yang dilakukan dengan cara melintas di Muzdalifah, setelah menjalani wukuf di Arafah.
Jemaah saat melewati kawasan Muzdalifah tetap berada di atas bus (tidak turun dari kendaraan), lalu bus langsung membawa mereka menuju tenda Mina.
Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Kementerian Agama Subhan Cholid. Menurut Subhan menuturkan skema murur merupakan kali pertama diterapkan bagi jemaah haji Indonesia.
Skema tersebut selain diprioritaskan bagi jemaah risti, juga diperuntukkan jemaah haji lanjut usia (lansia), disabilitas, serta pendamping lansia.
Hal itu dilakukan sebagai ijtihad serta ikhtiar untuk menjaga keselamatan jiwa jemaah haji Indonesia.
Pemerintah juga telah memikirkan bagaimana ritual pelaksanaan ibadah haji yang dilakukan sesuai dengan syariah
BACA JUGA:Tips Cara Cepat Menambah Tinggi Badan Jadi Ideal, Lakukan Ini
BACA JUGA:Kulit Cerah Hingga Mengecilkan Pori-pori, Ini Manfaat Bunga Sepatu Untuk Kecantikan
"Termasuk, kita juga telah memikirkan penyediaan kerikil untuk lontar jumrah. Jadi, meski pun tidak turun di Muzdalifah jemaah tidak perlu khawatir tidak dapat kerikil. Itu kami bekali sejak jemaah ada di Arafah," jelasnya.
Dlaam proses lontar jumrah itu, pihak Masharik menyiapkan kantong berisi kerikil sebanyak 70 buah, yang digunakan untuk kepelruan lontar jumrah aqobah hingga nafa stani.
Memudahkan dalam pendistribusiannya, pemberian kerikil dilakukan bersamaan dengan pemberian snack berat yang akan dikonsumsi saat di Muzdalifah.
" Jadi nanti, di saat jemaah di Arafah, akan ada pembagian kantong kerikil beserta snack berat untuk di Muzdalifah. Nah ini dua-duanya dibawa. Jangan ditinggal di Arafah ," tutupnya. (**)