Gatutkoco kemudian berhasil memenangkan perkelahian mengakibatkan Arimboko tewas di tangannya sehingga Gatutkoco pun menjadi penguasa wilayah Pringgodani yang adil dan bijaksana.
Gatutkoco kemudian menikah dengan Endang Pergiwa, anak dari Arjuna. Jadi, mereka adalah saudara sepupu.
Namun, pernikahan tersebut juga harus melalui perjuangan berat karena Lesmono Mondrokumoro, anak raja besar Ngestino, juga naksir dengan Pergiwa.
Tibalah Perang Baroto Yudo, perang besar trah Baroto. Kedua pihak sejatinya adalah saudara. Pendowo Limo dengan Kurowo adalah saudara sepupu.
Suatu hari, Sri Kresno menunjuk Gatutkoco menjadi senopati. Tugasnya, yaitu memimpin pasukan Amarta melawan pasukan Ngestino di medan tempur di Tegal Kurusetro.
Pihak Ngestino menunjuk Adipati Karno menjadi senopati. Di awal peperangan, Gatutkoco yang sakti mandraguna mampu mengobrak-abrik barisan Ngestino.
Baju Ontokusumo membuatnya kebal dari semua senjata. Hampir saja pihak Kurowo kalah hari itu, tetapi Adipati Karno segera mengambil tindakan.
Adipati Karno memiliki sebuah panah sakti bernama Kunto. Panah ini adalah pemberian dewa dan memang sangatlah sakti.
Panah tersebut mampu mengejar sasarannya ke manapun dia lari. Gatutkoco tahu kalau Kunto adalah satu-satunya senjata yang bisa menewaskannya.
Dia lantas terbang setinggi-tingginya. Namun, panah Kunto terus mengejarnya dan Gatutkoco tidak bisa menghindar. Hidupnya kemudian berakhir karena terkena panah Kunto.(*)