BACA JUGA:Pembangunan Seluma, Baru DAK Terealisasi
BACA JUGA:Wantimpres ke Seluma, OPD Maksimalkan Kesempatan
“Sebentar Ayah sedang diaduk, gelasnya juga terlalu panas untuk dipegang,” jawab Barra tanpa berpikir lagi jika jawaban tersebut akan membuat Wanto kesal.
“Umurmu berapa sekarang Barra? adikmu Laila lebih cerdas darimu untuk membuatkan secangkir kopi hingga segelas kopi itu bisa berada di atas meja ini,” ungkap Wanto menyindir Barra yang dinilai jauh dari kata dewasa, apalagi cerdas.
Karena tidak ada pilihan lain, Barra segera mengantarkan secangkir kopi tersebut untuk menghindari petaka yang baru dari sang ayah.
Meskipun jawaban apa yang dipilihnya setelah tamat SMA belum ada di dalam kepalanya, apa lagi sampai terucap ke luar dari mulut Barra.
“Ayah sebenarnya bangga dengan kamu Barra, ayah paham kamu butuh ayah dan ibumu. Tapi menjadi dewasa itu bukan pilihan. Sebab menjadi dewasa adalah sebuah keharusan yang mau tidak mau akan dijalani semua manusia di dunia ini, hingga akhirnya mereka menua dan tutup usia,” ucap Wanto dengan penuh kasih sayang yang juga di dampingi H Aman.
Wanto sendiri sadar bahwa selama ini Barra sejak kecil dididik keras olehnya dengan harapan dapat menjadi sosok anak laki-laki yang mandiri saat beranjak dewasa. Meskipun harapannya belum sepenuhnya ada pada Barra saat ini.
Namun Wanto sebagai ayah tetap bangga pada kondisi Barra yang memilih menjadi anak rumahan dibandingkan berkeliaran di jalanan dan dicap sebagai anak nakal.
Hal tersebut juga disadari Wanto setelah bercerai dengan Yanti tidak mengawasi Barra sepenuhnya, begitu pun dengan Laila gadis kecilnya.
BACA JUGA:Pantarlih Diminta Maksimalkan Tugas
BACA JUGA:Dilema Antara Hak dan Kewajiban: Tinjauan Pembatasan Hak Atas Administrasi Kependudukan
Sedangkan Barra hanya tinggal di rumah H Aman yang usianya semakin senja dan memberikan kebebasan sepenuhnya kepada Barra atas dasar cinta dan sayang kepada Barra yang menjadi cucu,
Serta menjadi teman hidupnya setelah sanga istri meninggal dunia di masa pensiunnya beberapa tahun lalu.
“Barra sudah dewasa, dia tahu apa yang terbaik untuknya. Barra mau tes TNI atau Polisi? Kakek nanti bantu mengarahkan Barra, kalau Badrannya mau. Cukup siapkan fisik dan mental Barra, kalau kamu ada nasib kamu bisa jadi abdi negara seperti kakek dulu,” kata H Aman bertanya dan sekaligus memberikan semangat kepada Bara.
Hingga akhirnya pertanyaan tersebut menjadi penyelamat untuk kedua kalinya bagi Barra setelah membuatkan secangkir kopi tadi.