“Serius kek ?, aku mau coba jadi abdi negara seperti kakek. Ehm, cucu kakek juga sejauh ini belum ada yang menjadi abdi negara yang meneruskan perjuangan kakek. Izinkan aku yang akan pecahkan telur untuk generasi kakek,” jawab Barra penuh semangat.
Sebenarnya jawaban bara masuk akal bagi Wanto dan H Aman, karena dari lusinan cucunya tidak seorang pun yang menjadi abdi negara baik TNI atau pun Polri.
“Ya boleh, mulai besok kamu mulai latihan fisik, coba mulai lari dengan waktu satu jam dan kurangi minum air es dan jangan bergadang,” kata H Aman.
“To kamu sudah tahukan jawaban Barra apa pilihannya. Sekarang kamu tidak perlu khawatir lagi Barra sudah dewasa meskipun dia tidak terlihat seperti anak lainnya. Sebab Barra memilih tempat ternyamannya adalah rumah bukan jalanan,” sambung H Aman.
“Ya sudahlah, bagus itu kalau kamu sudah memilih jawaban tersebut. Ayah berharap kamu bertanggung jawab atas pilihan kamu itu, bukti tanggung jawab tersebut adalah dengan menujukan usahamu berhasil,” tegas Wanto.
“Akan aku coba sekuat tenaga Ayah. Meskipun tidak mudah aku rasa tantangannya. Tapi bukankah hanya mencoba mati yang tidak bisa dicoba di dunia ini, selama aku yakin masa iya tidak mungkin,” jawab Barra dengan tersenyum kepada ayahnya.
“Sudah sana, kalau mau main game, mainlah sana. Ayah ada yang mau dibahas dengan kakekmu ini,” sindir Wanto kepada Berra.
Wanto pun yang tadinya telah melepaskan sepatunya telah mengenakan sendal jepit dan meminjam motor scoopy tahun 2022 warna coklat putih kesayangan Barra untuk pergi lagi setelah kumandang adzan magrib.
“Mana kunci motormu Barra, ayah pinjam sebentar nanti habis magrib ayah mau ke luar. Malam ini ayah tidur di rumah kakek,” tanya Wanto.
BACA JUGA:Polres Kaur Kumpulkan 54 Kantong Darah dalam Kegiatan Ini
BACA JUGA:DPRD Desak Perbaiki Jalan Penghubung di Sukaraja
Sebenarnya saat memberikan kunci motor, Barra kesal dengan sindiran ayahnya yang menilai dirinya sangat kecanduan bermain game di samrtphone.
Padahal Barra berada di dalam kamar menghabiskan waktu berjam-jam hanya sesekali bermain PUBG. Selebihnya menulis dan mengedit video yang sedang ia gemari sejak di bangku SMA kemarin.
Hobinya tersebut juga didukung oleh Nadia Farah sosok wanita cantik berdarah Suku Serawai dan Belanda.
Maklum saja, wilayah Kabupaten Bengkulu Selatan dulunya selain pernah dijajah Inggeris juga dijajah oleh Belanda atau Netherlands.
Wajar jika tidak sedikit wanita cantik asal Kota Kenangan berparas seperti wanita dari benua Eropa.