Harianbengkuluekspress.id - Balai Karantina Bengkulu terus mendorong ekspor komoditas biji kopi langsung dari Provinsi Bengkulu. Pasalnya komoditas unggulan Bengkulu ini masih diekspor melalui Provinsi Lampung dan Jakarta.
Kepala Balai Karantina Bengkulu, Aris Hadiyono mengaku optimis komoditas biji kopi bisa langsung di ekspor dari Bengkulu. Bahkan saat ia berkunjung langsung ke salah satu gudang biji kopi di Bengkulu, pemiliknya sangat mendukung upaya ekspor biji kopi bisa dilakukan.
"Saya mendukung ekspor biji kopi langsung dari Bengkulu," kata Aris, Rabu 25 September 2024.
Ia mengatakan, untuk mendorong komoditas biji kopi agar bisa langsung di ekspor dari Bengkulu, Kementerian Pertanian telah membuat Program Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor (Gratieks).
Melalui program tersebut kegiatan ekspor biji kopi bisa langsung dari Bengkulu tidak mustahil dapat dilakukan.
BACA JUGA:Saksi Dugaan Penyelewengan DD Ketenong II Diminta Keterangan, Segini Jumlahnya
"Lewat program Gratieks, kami sangat mendorong agar biji kopi Bengkulu ini bisa tembus ekspor dan terus mengalami peningkatan," ujar Aris.
Sementara itu, untuk kontainer ekspor biji kopi nantinya bisa didatangkan dari Palembang dan Lampung. Sehingga kegiatan ekspor biji kopi bisa segera terealisasi.
"Untuk kontainer ekspor akan kami fasilitasi dengan cara mendatangkan kontainer ekspor dari Palembang dan Lampung untuk menekan biaya agar lebih murah, walaupun ekspor biji kopinya berangkat dari Pelabuhan Baai Bengkulu menuju Tanjung Priok sehingga secara otomatis dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan membuka peluang pasar internasional," tuturnya.
Terkait dengan pembeli biji kopi di luar negeri, pihaknya akan berusaha mencari data pembeli dari beberapa negara tujuan ekspor. Sehingga pengusaha biji kopi di Bengkulu nantinya cukup menyiapkan pasokannya saja.
"Masalah pembeli kami akan upayakan mencari data pembeli dari beberapa negara tujuan ekspor biji kopi, semoga nantinya bisa membantu untuk membuka peluang pasar," tutupnya.
Sementara itu, Pelaku Usaha Kopi di Bengkulu, Supriyadi mengatakan, pihaknya sudah mengekspor biji kopi sebanyak dua kali langsung dari Bengkulu, namun penerbitan Phytosanitari Certificate (PC) masih melalui Tanjung Priok.
Kendala lainnya yang saat ini dihadapi adalah terkait biaya, karena harus mendatangkan kontainer khusus ekspor dari Jakarta.
"Kami masih terkendala dari segi operasional, tetapi karena tidak tersedianya kontainer ekspor di Bengkulu, sehingga kami harus mendatangkan dari Tanjung Priok, sehingga biaya yang kami keluarkan tinggi," ungkap Supriyadi.