Harianbengkuluekspress.id - Masyarakat Bengkulu yang Berpenghasilan Rendah (MBR) semakin sulit membeli rumah. Sebab, pemerintah akan menaikkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen yang mulai diberlakukan tahun 2025.
Kenaikan PPN tersebut berdampak pada kenaikan harga rumah dari Rp 166 juta menjadi Rp 180 jutaan.
Pengamat Ekonomi Bengkulu, Prof Dr Kamaludin mengatakan kenaikan harga rumah subsidi cukup memberatkan masyarakat berpendapatan rendah (MBR). Pasalnya, kenaikan harga rumah yang ditetapkan diatas inflasi maupun upah minimum.
"Momentum kenaikan dinilai tidak tepat. Sebagai perbandingan inflasi diproyeksi 2,5-3%, yang berarti terjadi penyesuaian harga rumah bersubsidi diatas angka inflasi," kata Kamaludin, Minggu, 6 Oktober 2024.
Ia mengatakan, tekanan masyarakat saat ini bisa dikatakan masih banyak. Mulai dari ketidakpastian pendapatan pekerja sektor formal, masih tingginya ancaman PHK hingga porsi pekerja informal yang meningkat.
BACA JUGA:Keluarga Inti Helmi Hasan Deklarasi Dukung ROMER, Wilson: Pak Rohidin Memiliki Rekam Jejak Bagus
BACA JUGA:Lanjutkan Program Pro Rakyat Miskin, Ini Pesan Toko Perempuan Bengkulu untuk Paslon Romer
Oleh karenanya, jika harga rumah subsidi ikut naik, maka dikhawatirkan masyarakat kelompok paling bawah akan semakin sulit memiliki rumah. Karena adanya kenaikan yang lebih dari angka inflasi tersebut.
"Kalau rumah subsidi ikut naik maka masyarakat kelompok paling bawah khususnya MBR hampir tidak mungkin memiliki rumah. Idealnya kenaikan harga jangan di atas 5%, kalau mau naik di bawah angka inflasi yang wajar. Khawatir dengan naiknya harga rumah subsidi, MBR jadi kesulitan pembelian rumah dan memilih sewa rumah," jelasnya.
Meski demikian, opsi yang dapat dilakukan pemerintah saat ini ialah menambah subsidi bunga KPR yang lebih besar lagi. Atau upaya lain yakni dengan skema kerjasama pengembang dan bank tanah untuk memastikan harga tanah untuk rumah subsidi tidak alami kenaikan signifikan.
"Masalah utama ada di tanah selain biaya konstruksi. Kalau tanah bisa lebih terjangkau ujungnya harga rumah subsidi bisa lebih stabil," tutupnya.
Salah satu Pengembang Perumahan di Kota Bengkulu, Ardiansyah mengatakan, kenaikan harga jual rumah subsidi di Bengkulu sudah tepat karena akan berdampak pada kualitas rumah yang dibangun.
Sebab, harga material yang dibutuhkan untuk membangun rumah terus mengalami kenaikan.
"Kami memahami bahwa program rumah subsidi bertujuan untuk membantu masyarakat berpenghasilan rendah memperoleh hunian yang layak. Namun, biaya material dan tenaga kerja terus meningkat, dan kami tidak dapat lagi menutupi seluruh biaya pembangunan tanpa mengalami kerugian finansial," ujar Ardiansyah.
Para pengembang perumahan menyoroti fakta bahwa harga material bangunan seperti semen, besi, dan kayu telah mengalami lonjakan harga yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir.