Harianbengkuluekspress.id - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bengkulu Selatan (BS) melalui Dinas Pertanian terus melakukan upaya serius mencegah ternak terjangkit penyakit.
Namun upaya tersebut butuh perjuangan ekstra mengingat minimnya pasokan vaksin yang diterima.
Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Distan BS, Ikat Aliman Maulana membenarkan bahwa saat ini dalam mengatasi ancaman pandemi pada ternak adalah minimnya dosis vaksin yang tersedia.
Bahkan hal tersebut sudah disampaikan pada rapat dengan Komisi II DPRD BS.
BACA JUGA:Hajar Istri, Seorang Petani di BS Diringkus Polisi, Begini Pemicunya
BACA JUGA:Prakiraan Cuaca BS dari BMKG, Kamis 14 November 2024, Ini Kondisinya
"Kami sudah mengatasi berbagai macam penyakit, mulai dari Jembrana, rabies, hingga PMK. Tapi, setiap tahun kami berhadapan dengan satu tantangan besar yaitu vaksinasi yang selalu terlambat," ujar Ikat dengan raut wajah serius.
Lebih lanjut, Ikat menjelaskan bahwa Pemkab terus berjuang menangani berbagai kasus penyakit ternak dengan serius meskipun sumber daya yang ada sangat terbatas.
Bahkan penyakit SE atau yang dikenal dengan ngorok menjadi salah satu momok paling menakutkan saat ini di kalangan peternak.
Bahkan lebih dari 200 ekor sapi dan kerbau dilaporkan mati akibat serangan penyakit ini dalam beberapa bulan terakhir. Angka tersebut, menurut Ikat, hanyalah permukaan dari masalah yang lebih dalam dan serius.
"Kami hanya memiliki 1.500 dosis vaksin, jumlah yang jauh dari cukup untuk melindungi populasi ternak di seluruh kabupaten ini," lanjutnya.
Dengan kondisi tersebut, Ikat telah menyuarakan harapan di tengah keputusasaan di hadapan anggota dewan.
Ia menyampaikan permintaan dengan penuh harapan disertai desakan untuk adanya bantuan dan perhatian yang lebih besar dari pemerintah pusat mengenai ancaman pandemi pada hewan ternak miliki masyarakat BS.
"Kami butuh dukungan yang lebih dari sekadar janji. Kami butuh aksi nyata agar tragedi ini tidak terus berulang setiap tahun," serunya.