Harianbengkuluekspress.co - Dinas Tanaman Pangan Hortikultura, dan Perkebunan Provinsi Bengkulu meminta petani waspada terhadap serangan hama dan penyakit tanaman padi pada musim hujan ini. Pasalnya, pada musim hujan maka kelembapan tinggi sehingga membuat hama dan penyakit berkembang pesat.
Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bengkulu M Rizon SHut MSi mengatakan, hama dan penyakit berpotensi berkembang pesat pada kelembapan tinggi, terutama pada saat intensitas matahari rendah. Sehingga bisa dapat menurunkan produktivitas dan gagal panen.
"Kita berharap kepada petani di Bengkulu untuk waspada terhadap hama dan tanaman padi pada musim hujan," kata Rizon, Senin 29 Januari 2024.
Beberapa penyakit yang muncul pada musim hujan di antaranya, sundep, hawar daun, dan patah batang leher. Oleh sebab itu, para petani di Bengkulu harus mewaspadai hal tersebut.
BACA JUGA:Paskibra SMANDEL Juara 3, Ikuti Lomba Dievent Ini
BACA JUGA:Jelajah Bengkulu Demi Aspirasi, Ini Profram Calon Anggota DPDRI Dapil Bengkulu
"Sundep itu yang tahu-tahu pucuknya itu menguning, mati. Kemudian, ada hawar daun, dan patah batang leher," ujarnya.
Ia mengaku, saat ini belum ada laporan serangan hama dan penyakit tersebut. Karena, intensitasnya masih ringan dan masih bisa dikendalikan.
"Untuk saat ini belum ada laporan serangan hama dan penyakit, semua masih bisa dikendalikan," katanya.
Namun begitu, Rizon tetap meminta kepada para petani untuk mengantisipasi kemungkinan serangan hama dan penyakit dengan rajin mengamati tanaman padinya. Saat muncul gejala, petani harus segera melakukan pemberantasan, dengan aplikasi penyemprotan insektisida, bakterisida atau fungisida.
BACA JUGA:Kejari Seluma Limpahkan Berkas ke PN Tipikor Bengkulu
"Meski belum ada serangan hama dan penyakit, tapi kita minta kepada petani untuk selalu mengantisipasi kemungkinan serangan hama dan penyakit," tuturnya.
Selain itu, Ia minta, kepada para petani di Bengkulu untuk mengikuti Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP). Apalagi pemerintah telah memberikan subsidi premi asuransi tani sebesar Rp 144 ribu per hektar.
"Dari asuransi tersebut, ketika ada resiko kerugian baik dari dampak banjir, hama dan gagal panen, maka bisa mendapatkan bantuan asuransi sebesar Rp 4 sampai Rp 6 juta per hektarnya," ujarnya.
Ia mengatakan, dengan adanya AUTP, petani yang terkena musibah banjir atau kekeringan bisa mendapatkan ganti rugi. Dimana petani cukup membayar premi sebesar 36 ribu per hektar per musim.