Cerita Bersambung : Barra Belajar Menjadi Manusia (1)

Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan., Novel Digital BE, (1)-Renald/Bengkuluekspress-

Harianbengkuluekspress.id - Kita semua yang disebut manusia akan merasakan duka, luka cinta dan bahagia. Namun, hanya waktunya saja yang tidak sama.

Kalimat itu akan mengawali kisah dari seorang pemuda yang sedang mencari jati dirinya. Dia adalah Barra Ananta seorang pemuda yang hidup di kota kecil yang indah penuh kenangan.

Memang cukup sulit menyebutkan nama dari kota tersebut. Kota itu adalah Kota Manna yang merupakan salah satu kabupaten kota yang ada di Provinsi Bengkulu. Kota Manna sendiri merupakan ibu kota dari Kabupaten Bengkulu Selatan.  

Sering memang dianggap kebanyakan orang yang baru mendengarnya seperti kata tanya, yaitu mana atau di mana?. 

BACA JUGA:Tunjangan Paket Data, Hanya PNS ini yang Dapat, Berikut Nominalnya

BACA JUGA:Tingkatkan Kesejahteraan PNS, Menkeu Sri Mulyani Beri PNS 2 Tunjangan Baru, Berikut Daftar dan Nominalnya

Meskipun tinggal di Kota Manna yang disebut kota kenangan, Barra tidak sepenuhnya berdarah Serawai. Sebab, sang ayah berdarah Besemah Pagar Alam, yaitu Wanto Abidin dan ibu berdarah Serawai, yaitu Yanti Amini.

Barra sendiri baru saja lulus SMA di usianya ke 18 tahun dan masih enggan melanjutkan pendidikan kembali. 

Bara berfirkir tamat SMA merupakan sebuah kebebasan yang baru saja berhasil direbutnya. Wajar saja jika Barra sedang berusaha mencari jati diri yang menurutnya masih menjadi misteri.

Bahkan, Barra bukan hanya berniat untuk mencari jati diri, tetapi juga ingin belajar menjadi manusia. Barra berfikir siapa yang tidak ingin menjadi manusia yang memiliki kebebasan, yaitu manusia merdeka. 

Tapi sepertinya angan-angan tersebut sulit terwujud. Sebab sore hari yang disinari mentari jingga baru saja membuat Barra terkejut.

"Barra, sini dulu nak, ayah mau bertanya," panggil sang ayah yang saat itu baru saja pulang dari suatu tempat dengan mengendarai sebuah mobil Taft Kebo F50 tahun 1982 berwarna merah.

Sebenarnya Barra tanpa harus dipanggil sang ayah sudah mengenali bahwa orang yang diseganinya baru saja tiba di rumah. 

Sebab suara nafas mobil tua kesayangan ayahnya tersebut sudah menjadi tanda bagi ia untuk segera menghampiri suara yang memanggil namanya.

Tag
Share