Minuman Kental Manis Sebabkan Stunting, Terungkap Lewat Survei
Ketua Yayasan Abhipraya Insan Cendikia Indonesia (YAICI), Arif Hidayat (dua kiri) memaparkan materi dalam kegiatan orientasi kader Aisyiyah dalam pencegahan stunting, edukasi gizi dan larangan penggunaan kental manis pada balita di Universitas Muhammadiya-RIO/BE -
Sementara itu, Ketua Harian YAICI, Arif Hidayat mengatakan, kental manis ini telah dikenal sebagai susu oleh masyarakat Indonesia sejak 100 tahun lalu. Hasilnya saat ini, kasus stunting itu terjadi dari faktor mengkonsumsi kental manis.
"Kasus stunting memang terjadi ada banyak faktor. Seperti lingkungan dan lainnya. Ternyata kami temukan di lapangan, karena pola asuh yang salah dengan memberikan kental manis kepada balita," ungkap Arif.
Bahkan temuan di lapangan, lanjut Arif, dari 5 anak disurvei 3 anak terkena stunting akibat mengkonsumsi kental manis.
Bahkan di Kalimantan, YAICI menemukan 5 orang balita terkena stunting akibat minum kental manis.
"Selama ini persepsinya salah. Kental manis itu mengandung gula yang tinggi. Memang dikonsumsi karena dianggap murah," bebernya.
Minuman kental manis, lanjutnya, memang selama ini salah dalam penggunaannya.
"Jadi tugas kita mengedukasi kepada masyarakat, agar tidak menggunakan kental manis untuk dikonsumsi balita," ujar Arif.
Disisi lain, Ketua Majelis Kesehatan Pengurus Pusat (PP) 'Aisyiyah, dr Warsiti SKP MKep SpMat mengatakan, kental manis mengandung gula yang tinggi. Sehingga pada saat dikonsumsi secara berlebihan, pertumbuhan anak jadi terganggu.
"Kita menargetkan agar konsumsi kental manis di tengah-tengah masyarakat dapat diminimalisir. Karena bukan hanya bisa berdampak pada peningkatan stunting saja, tapi juga diabetes usia muda," ujar Warsiti.
Menurutnya, orientasi kepada kader 'Aisyiyah merupakan salah satu program edukasi gizi seimbang dan cegah stunting. Termasuk memberikan literasi penggunaan kental manis di tengah-tengah masyarakat, yang masih banyak dipersepsikan secara keliru.
"Sehingga kental manis secara perlahan harus dieliminasi," ungkapnya.
Di bagian lain, Wakil Ketua Majelis Kesehatan Pimpinan Pusat Aisyiyah, Chairunnisa mengatakan, edukasi bahaya kental manis itu diperlukan kepada banyaknya orang tua. Sehingga bisa memahami penyebab utama stunting, termasuk dampak buruk konsumsi kental manis pada balita.
"Dari hasil penelitian kami di berbagai daerah di Indonesia, balita yang diberikan kental manis memiliki risiko stunting yang lebih tinggi," ujar Chairunnisa.
Ia mengatakan, konsumsi kental manis dapat mengurangi nafsu makan balita. Kemudian berdampak pada kurangnya asupan nutrisi yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang optimal.
Sebab, kandungan gula yang tinggi dalam kental manis menurunkan nafsu makan anak. Sehingga anak menjadi kekurangan gizi, protein, dan nutrisi penting lainnya. Akibatnya, risiko stunting meningkat secara signifikan.