Penerapan Pertanian Berkelanjutan dengan Refugia, Pengabdian Masyarakat oleh Tim Proteksi Tanaman Unib di Desa
--
Harianbengkuluekspress.id - SEBAGAI bentuk pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi, dosen Program Studi Proteksi Tanaman Universitas Bengkulu (Unib) berkomitmen kuat untuk memberikan kontribusi kepada masyarakat. Pada Sabtu, 2 November 2024, tim dosen melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat di Desa Sumber Agung, Kabupaten Bengkulu Utara.
Kegiatan ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat melalui pengenalan teknik pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, yang juga memiliki nilai ekonomi. Langkah ini mendukung visi Fakultas Pertanian Unib untuk memberikan layanan kepada masyarakat sesuai kebutuhan lokal, nasional, dan internasional.
Program ini dipandu oleh tim dosen yang berpengalaman, yaitu Ir. Djamilah, M.P., Prof. Agustin Zarkani, S.P., M.Si., Ph.D., Dr. Mimi Sutrawati, S.P., M.Si., dan Ilmi Hamidi, S.P., M.Si. Dalam kegiatan ini, mereka memberikan pemahaman tentang pemanfaatan tanaman refugia dalam budidaya padi.
Refugia adalah tanaman yang ditempatkan di sekitar atau di antara tanaman utama, yang berfungsi sebagai habitat bagi musuh alami hama seperti predator dan parasitoid. Diharapkan dengan teknik ini, ketergantungan petani terhadap pestisida kimia dapat dikurangi, sehingga menghasilkan panen yang lebih sehat.
BACA JUGA:Perbankan Syariah di Bengkulu Diminta Dukung UMKM, Ini Tujuannya
BACA JUGA:Konsumsi Rumah Tangga Bengkulu Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi
Penggunaan refugia memiliki peran signifikan dalam menjaga keseimbangan ekosistem pertanian. Tanaman-tanaman seperti bunga matahari, marigold, kenikir, dan bunga kertas, serta tumbuhan liar seperti pegagan dan legetan, dapat dipilih sebagai refugia.
Tanaman ini memberikan sumber makanan berupa nektar dan serbuk sari bagi musuh alami hama, seperti serangga predator Coccinella septempunctata yang memangsa kutu daun dan Sycanus leucomesus yang membantu mengendalikan ulat api. Habitat ini memberikan ruang bagi musuh alami untuk berkembang biak dan mengurangi populasi hama secara alami.
Selain menjadi alat pengendalian hama yang efektif, refugia juga mampu mengurangi kebutuhan akan pestisida kimia. Dengan adanya refugia, musuh alami hama dapat hidup dan berkembang biak di lahan pertanian, sehingga penggunaan pestisida dapat ditekan.
Hal ini berkontribusi pada kesehatan tanah dan kualitas panen yang bebas residu kimia, sehingga hasil pertanian menjadi lebih sehat dan diminati di pasaran. Selain menjaga lingkungan, teknik ini juga membantu menurunkan biaya produksi karena petani tidak perlu lagi mengandalkan pestisida.
BACA JUGA:MK Tolak Gugatan, Gusnan Aman
Selain itu, refugia juga mendukung keberlanjutan biodiversitas di lingkungan persawahan. Beragam tanaman refugia menyediakan ruang aman bagi musuh alami hama untuk berlindung dari kondisi ekstrem, seperti suhu tinggi. Keanekaragaman hayati ini sangat penting untuk menciptakan ekosistem sawah yang seimbang dan stabil, yang akan mendukung keberlanjutan praktik pertanian dalam jangka panjang.
Selain berperan dalam pertanian berkelanjutan, penerapan refugia juga memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata desa. Keberadaan berbagai jenis tanaman refugia, seperti bunga matahari, marigold, dan kenikir, menciptakan pemandangan yang indah dan menarik untuk dinikmati.
Lanskap pertanian dengan refugia ini tidak hanya mendukung kelestarian lingkungan tetapi juga dapat menjadi spot wisata edukasi, di mana wisatawan dapat belajar tentang konsep pertanian ramah lingkungan dan ekosistem sawah yang seimbang.