Bendungan Irigasi Jebol, Petani Mukomuko Terpaksa Gunakan Air Limbah

Bendungan Irigasi Jebol, Petani Mukomuko Terpaksa Gunakan Air Limbah-Endi/Bengkuluekspress-
Harianbengkuluekspress.id – Petani di Desa Penarik, Kabupaten Mukomuko, harus bergantung pada air limbah rumah tangga dan tempat usaha untuk mengairi sawah mereka.
Pasalnya, sistem irigasi Air Dikit Kecil yang mereka andalkan tidak bisa memanfaatkan air sungai karena letaknya berada di dataran tinggi.
Sayangnya, irigasi ini kini menghadapi masalah serius. Bendungan yang mengalirkan air ke sawah petani rusak akibat banjir, dan hingga saat ini belum ada kepastian anggaran untuk perbaikannya.
Pemerintah melalui Dinas PUPR Mukomuko telah melakukan survei dan merekomendasikan pembangunan ulang bendungan, karena kondisi yang ada sudah tidak memungkinkan untuk diperbaiki.
BACA JUGA:Mengajukan Pinjaman ke BRI, Proses Cepat, Caranya Mudah, Beserta Syarat Lengkapnya
BACA JUGA:Prakiraan Cuaca Bengkulu Selatan Hari Ini, Sabtu 8 Februari 2025, Waspada Hujan Disertai Petir
"Sumber airnya bukan dari sungai, tetapi berasal dari limbah rumah tangga masyarakat dan tempat usaha di wilayah ini, termasuk perbankan," ujar Kepala Sumber Daya Air (SDA) Dinas PUPR Kabupaten Mukomuko, Bambang Parianto.
Bambang menjelaskan bahwa posisi geografis irigasi Air Dikit Kecil menjadi alasan utama mengapa air sungai tidak bisa dimanfaatkan.
"Pemukiman penduduk dan tempat usaha berada di atas irigasi, sementara sungai berada di bawahnya. Karena itu, tidak mungkin air sungai dialirkan ke sistem irigasi ini. Sumur bor pun tidak bisa menjadi solusi karena wilayah ini berada di dataran tinggi," terangnya.
Akibat keterbatasan ini, petani hanya bisa mengandalkan air limbah rumah tangga dan tempat usaha untuk kebutuhan irigasi sawah mereka.
Meskipun bendungan irigasi ini rusak akibat banjir, pemerintah daerah belum memiliki anggaran yang pasti untuk melakukan perbaikannya.
"Sebenarnya, tahun ini tidak ada alokasi anggaran untuk perbaikan bendungan ini. Kami ingin menggunakan dana Belanja Tidak Terduga (BTT), tetapi arahan ke sana belum ada. Hingga saat ini, kami masih menunggu kepastian sumber anggaran," ungkap Bambang.
Dari hasil survei lapangan, bendungan lama sebaiknya dirobohkan dan dibangun baru, karena strukturnya sudah tidak layak digunakan lagi.
Perkiraan anggaran yang dibutuhkan untuk pembangunan bendungan baru ini mencapai Rp100 juta.