Tradisi Mendoakan Keluarga Meninggal Saat Menyambut Ramadan, Begini Respon Menag

Menag RI, Nasaruddin Umar-istimewa/bengkuluekspress-
Harianbengkuluekspress.id- Menyambut ramadan, masyarakat indonesia biasanya menggelar tradisi mendoakan keluarga yang meninggal. Ini merupakan sebuah amalan yang banyak dilakukan oleh umat Islam jelang memasuki bulan ramadan.
Hal ini dilatarbelakangi oleh kepercayaan bahwa bulan Ramadan adalah waktu yang penuh keberkahan dan ampunan, sehingga doa-doa yang dipanjatkan pada bulan ini diyakini akan lebih diterima oleh Allah SWT.
Terkait tradisi itu, Menteri Agama Nasaruddin Umar mengajak umat Islam untuk mempersiapkan diri dengan baik, termasuk mendoakan orang tua dan guru yang telah meninggal dunia.
"Jika kita mencintai orang tua kita, setiap selesai salat kita membaca Surah al-Fatihah dan mengirimkannya kepada mereka. Baik kepada mereka yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia. Mereka akan mendapatkan manfaatnya," ujar Menteri Agama Nasaruddin.
Dikatakannya, doa anak yang saleh akan sampai kepada orang tuanya yang telah meninggal, sebagaimana dinyatakan dalam berbagai hadits. "Mungkin kita memiliki orang tua yang telah meninggal dunia, atau guru yang telah mengukir sejarah dalam hidup kita dan mengajarkan Alquran kepada kita. Mereka juga merupakan orang tua spiritual kita. Pada saat ini kita mendoakan mereka," kata Menag.
Menag mengatakan doa dari anak-anak akan menjadi sumber kebahagiaan bagi orang tua mereka yang telah meninggal. Ia mengibaratkan orang tua yang tidak didoakan oleh anak-anaknya seperti pengemis di akhirat yang menunggu doa dari anak-anaknya.
" Pada hari Jumat, khatib harus membacakan doa-doa karena doa-doa itulah yang harus ia bacakan. Pada khotbah kedua, ia mengatakan, Ya Allah, ampunilah laki-laki dan perempuan Muslim, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal." bebernya.
Menjelang Ramadan, Nasaruddin Umar ingin agar umat Islam lebih mendekatkan diri kepada Allah dengan memperbanyak doa dan sedekah, serta mendoakan anggota keluarga dan guru-guru mereka yang telah meninggal.
"Sesibuk apapun kita, mari kita jadikan Ramadan sebagai satu-satunya bulan untuk menanam akhirat. Apa yang kita tanam itulah yang akan kita petik," tutupnya. (**).