Penurunan Harga Pangan dan Listrik Picu Deflasi di Bengkulu, Begini Keterangan BPS

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu, Win Rizal menyampaikan press rilis resmi BPS.-IST/BE-
Harianbengkuluekspress.id – Provinsi Bengkulu mencatat deflasi year-on-year (y-on-y) sebesar 1,26 persen pada Februari 2025. Penurunan ini tercermin dalam Indeks Harga Konsumen (IHK) yang berada di angka 104,73.
Deflasi tersebut didorong oleh penurunan harga di beberapa kelompok pengeluaran, terutama kelompok makanan, minuman, dan tembakau.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu, Win Rizal menyampaikan, kelompok makanan, minuman, dan tembakau mengalami deflasi sebesar 0,26 persen, dengan sumbangan terhadap deflasi sebesar 0,08 persen.
"Komoditas yang paling dominan memberikan andil terhadap deflasi adalah cabai merah dengan kontribusi sebesar 0,51 persen, diikuti daging ayam ras sebesar 0,27 persen, serta tomat dan beras masing-masing sebesar 0,12 persen dan 0,09 persen," ungkap Win, Senin, 3 Maret 2025.
BACA JUGA:Dewan BU Dorong Tingkatkan PAD Sektor Pariwisata, Begini Pernyataan Hasdiansyah
BACA JUGA:Wujudkan Bengkulu Utara Maju, Hebat dan Bahagia, DPRD BU Gelar Paripurna Sertijab Bupati dan Wabup
Selain itu, beberapa komoditas lain yang turut menyumbang deflasi adalah jeruk sebesar 0,05 persen, serta jengkol dan air kemasan masing-masing sebesar 0,03 persen.
Komoditas seperti salak, ikan tuna, dan petai juga memberikan andil terhadap deflasi dengan kontribusi masing-masing sebesar 0,02 persen.
"Rata-rata komoditas makanan dan minuman memberikan andil deflasi," tuturnya.
Di sisi lain, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga mengalami deflasi paling signifikan, mencapai 13,58 persen y-on-y. Indeks harga kelompok ini turun dari 102,09 pada Februari 2024 menjadi 88,23 pada Februari 2025. Deflasi terbesar terjadi pada subkelompok listrik dan bahan bakar rumah tangga yang turun hingga 35,32 persen.
"Kelompok ini memberikan andil besar terhadap deflasi Bengkulu dengan kontribusi sebesar 2,06 persen. Penurunan tarif listrik menjadi faktor utama, menyumbang deflasi sebesar 2,08 persen," jelas Win.
Kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga juga mengalami deflasi sebesar 0,80 persen y-on-y, dengan indeks harga turun dari 103,96 pada Februari 2024 menjadi 103,13 pada Februari 2025. Dari enam subkelompok dalam kategori ini, dua mengalami deflasi, yakni barang dan layanan pemeliharaan rumah tangga sebesar 2,97 persen serta peralatan dan perlengkapan rumah tangga sebesar 0,61 persen.
"Namun, terdapat beberapa subkelompok yang mengalami inflasi y-on-y dalam kelompok ini, seperti tekstil rumah tangga yang naik 2,81 persen dan furnitur, perlengkapan, serta karpet yang meningkat 0,59 persen," tambah Win.
Komoditas dalam kelompok ini yang paling berkontribusi terhadap deflasi adalah sabun cair pencuci piring sebesar 0,02 persen. Sementara sabun deterjen bubuk, deterjen cair, pengharum cucian, pelembut pakaian, dan pembersih lantai masing-masing menyumbang 0,01 persen.