Mendikdasmen Berlakukan Lagi Sistem Peminatan di SMA

Reporter: Endang |

Editor: Endang S |

Sabtu , 12 Apr 2025 - 21:13

Mendikdasmen Abdul Muti-Istimewa/Bengkulu Ekspress-

Harianbengkuluekspress.id- Setelah sebelumnya sistem Kurikulum Merdeka menghapus sistem jurusan (IPA, IPS, Bahasa), kini Kementerian Pendidikan, Dasar dan Menengah berencana mengembalikan sistem penjurusan di SMA mulai tahun ajaran baru 2025/2026.

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti menyampaikan bahwa pemerintah akan menerapkan kembali sistem peminatan untuk sekolah menengah atas atau SMA.

"Jurusan akan kita aktifkan lagi, jadi nanti akan ada jurusan IPA, IPS, dan Bahasa," katanya.

Seperti dulu, dengan diterapkannya sistem peminatan, maka dalam ujian akhir atau yang sekarang disebut tes kemampuan akademik (TKA), siswa bisa memilih mata pelajaran yang paling diminati.

Mereka hanya diwajibkan mengikuti tes wajib, yaitu mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika.

"Untuk mereka yang ambil IPA itu nanti dia boleh memilih tambahan antara fisika, kimia, atau biologi. Untuk yang IPS juga begitu, dia boleh ada tambahan apakah itu ekonomi, sejarah, atau ilmu-ilmu lain yang ada dalam rumpun ilmu-ilmu sosial," tuturnya.

Mu’ti menjelaskan, sistem peminatan kembali diterapkan guna mendukung beberapa komponen yang akan diatur dalam pelaksanaan tes kemampuan akademik, sistem pengganti Ujian Nasional.

Tes ini adalah ujian di akhir jenjang akademik untuk mengukur kemampuan akademik seseorang. Berbeda dengan UN, tes ini tidak bersifat wajib dan hanya berlaku bagi mereka yang siap dan mampu menghadapi tes guna menambah nilai individu.

Selain sifatnya yang tidak wajib, pembelajaran yang diujikan tetap sama dengan UN. Bagi kelas 6 SD dan 9 SMP, mata pelajaran yang wajib diujikan adalah Bahasa Indonesia dan Matematika.

Sementara untuk kelas 12 SMA terdapat dua mata pelajaran tambahan yaitu Bahasa Inggris dan pilihan antara IPA atau IPS.

mendikdasmen berlakukan lagi sistem peminatan di sma                             harianbengkuluekspress.id- setelah sebelumnya sistem kurikulum merdeka menghapus sistem jurusan (ipa, ips, bahasa), kini kementerian pendidikan, dasar dan menengah berencana mengembalikan sistem penjurusan di sma mulai tahun ajaran baru 2025/2026.
menteri pendidikan dasar dan menengah abdul mu’ti menyampaikan bahwa pemerintah akan menerapkan kembali sistem peminatan untuk sekolah menengah atas atau sma. 
"jurusan akan kita aktifkan lagi, jadi nanti akan ada jurusan ipa, ips, dan bahasa," katanya.
seperti dulu,  dengan diterapkannya sistem peminatan, maka dalam ujian akhir atau yang sekarang disebut tes kemampuan akademik (tka), siswa bisa memilih mata pelajaran yang paling diminati.
mereka hanya diwajibkan mengikuti tes wajib, yaitu mata pelajaran bahasa indonesia dan matematika.
baca juga:cara cek dana pip 2025 secara online, jadwal, besaran yang diterima 
baca juga:mau kuliah bisnis, perbankan, dan it gratis? bca buka pendaftaran beasiswa, ini syarat dan caranya 
"untuk mereka yang ambil ipa itu nanti dia boleh memilih tambahan antara fisika, kimia, atau biologi. untuk yang ips juga begitu, dia boleh ada tambahan apakah itu ekonomi, sejarah, atau ilmu-ilmu lain yang ada dalam rumpun ilmu-ilmu sosial," tuturnya.
mu’ti menjelaskan, sistem peminatan kembali diterapkan guna mendukung beberapa komponen yang akan diatur dalam pelaksanaan tes kemampuan akademik, sistem pengganti ujian nasional. 
tes ini adalah ujian di akhir jenjang akademik untuk mengukur kemampuan akademik seseorang. berbeda dengan un, tes ini tidak bersifat wajib dan hanya berlaku bagi mereka yang siap dan mampu menghadapi tes guna menambah nilai individu.
baca juga:mendikdasmen luncurkan buku panduan gerakan tujuh kebiasaan anak indonesia hebat
baca juga:pasca lebaran, bbm di pertashop kosong, warga kesulitan, pengusaha rugi miliaran
selain sifatnya yang tidak wajib, pembelajaran yang diujikan tetap sama dengan un. bagi kelas 6 sd dan 9 smp, mata pelajaran yang wajib diujikan adalah bahasa indonesia dan matematika.
sementara untuk kelas 12 sma terdapat dua mata pelajaran tambahan yaitu bahasa inggris dan pilihan antara ipa atau ips.
tujuan pemerintah kembali menerapkan sistem lama ini adalah untuk memberi kepastian pada penyelenggara pendidikan, khususnya bagi lembaga pendidikan di luar negeri.
"dulu waktu pak nadiem hanya diambil sampelnya saja, banyak kampus-kampus di luar negeri tidak mau terima karena tidak jelas ukuran kemampuan siswa. sekarang dengan hasil tka, kemampuan masing-masing individu akan terukur," kata abdul mu'ti. (**)