Pemprov Ajak Konsumsi Pangan Lokal, Ini Tujuannya

Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu, Sisardi mengajak masyarakat mengkonsumsi pangan lokal.-Istimewa/Bengkulu Ekspress -

BENGKULU, BE - Pemerintah Provinsi Bengkulu memastikan memiliki cadangan pangan yang mencukupi untuk memenuhi konsumsi masyarakat. 

Namun, upaya menjaga stok pangan daerah jangka panjang perlu pembenahan salah satunya perubahan budaya konsumsi masyarakat ke pangan lokal.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu, Sisardi SPd MM mengatakan, masyarakat harus mulai membudayakan “kenyang tidak harus nasi”. 

Sebab, banyak ragam pangan lokal yang dapat menjadi sumber karbohidrat selain nasi. 

BACA JUGA:Jumlah Korban 24 Orang, Oknum Guru Agama Diduga Garap Siswi di Sekolah

BACA JUGA:Hakim Agung Dr Yanto Disambut Antusias PMJB

"Selama ini banyak masyarakat yang menyebutkan kalau belum konsumsi nasi, rasanya belum makan. Namun sebenarnya, dengan keanekaragaman sumber pangan yang kita miliki ada banyak pilihan sumber karbohidrat selain beras seperti ubi jalar, ubi kayu atau singkong, talas atau keladi, jagung, sagu, sorgum, porang, dan masih banyak lagi," kata Sisardi, Sabtu 20 Januari 2024.

Ia mengatakan, untuk mendorong semangat penganekaragaman konsumsi pangan lokal, pihaknya telah mengajak masyarakat untuk mengenal ragam jenis pangan lokal, mencoba, hingga memanfaatkannya sebagai pangan alternatif, serta semakin mengetahui seperti apa pola konsumsi yang seimbang serta aman.

"Kami telah menggerakkan program pangan lokal ke pemerintah kabupaten/kota di Bengkulu untuk semakin intensif mengkampanyekan gerakan ini kepada masyarakat di daerahnya. Salah satunya melalui pemanfaatan pekarangan rumah sebagai ladang untuk bercocok tanam komoditas pangan lokal," ujar Sisardi.

Ia berharap, melalui pembudidayaan, pemanfaatan, dan peningkatan konsumsi pangan lokal yang beragam, maka ketahanan pangan masyarakat akan semakin terjaga karena tidak harus bergantung pada satu komoditas tertentu.

"Memfokuskan kebutuhan pangan nasional hanya pada komoditas tertentu, seperti beras misalnya, jelas memiliki risiko. Selain tidak semua lahan cocok ditanami padi, perubahan iklim merupakan ancaman produktivitas sawah," ujarnya.

Dari sisi kesehatan, penganekaragaman konsumsi pangan bermanfaat untuk pemenuhan gizi yang variatif dan seimbang. Contohnya umbi maupun sagu yang terkenal rendah gluten yang baik untuk tubuh. Selain itu, pangan lokal juga bisa menjadi bahan substitusi komoditas impor. Bahkan campuran tepung pangan lokal bisa jadi bahan pengganti untuk pembuatan kue, mie, maupun pangan lainnya.

"Jika kita bisa melakukan substitusi pangan yang berbahan baku gandum seperti terigu menjadi tepung beras dan singkong sebanyak 10% saja, itu sama dengan menjaga pengeluaran pemerintah dan masyarakat per tahun," tutupnya.(rewa)

 

Tag
Share