97 Ribu Keluarga Berisiko Stunting, Bagaimana Pemprov Menanganinya?

IST/BE Penandatanganan komitmen dalam Rembuk Stunting Tingkat Provinsi Bengkulu 2024, di Ruang Pola Kantor Gubernur Bengkulu, Kamis 28 Maret 2024.--

Harianbengkuluekspress.id - Berdasarkan hasil pemutakhiran pendataan keluarga (PPK-2023), sebanyak 97 ribu lebih keluarga di Provinsi Bengkulu berisiko mengalami stunting. Risiko tersebut menjadi ancaman serius untuk Provinsi Bengkulu.

Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Bengkulu Zamhari SH MH mengatakan, pihaknya telah menyiapkan berbagai upaya untuk mengintervensi, potensi risiko terjadinya stunting tersebut.

"Kami terus fokus pada intervensi terhadap keluarga-keluarga yang berisiko mengalami stunting," terang Zamhari pada rembuk Stunting Tingkat Provinsi Bengkulu 2024, di Ruang Pola Kantor Gubernur Bengkulu, Kamis 28 Maret 2024.

BACA JUGA:Waspada, Sudah 139 Kasus DBD di Wilayah Ini

BACA JUGA:Warga Daftarkan Dedy Wahyudi untuk Calon Ini

Dijelaskannya, stunting itu dapat disebabkan oleh faktor kesehatan dan lingkungan yang tidak bersih. Stunting dapat menyebabkan anak mengalami hambatan perkembangan fisik.

Maka, ada tiga upaya intervensi yang dapat dilakukan. Seperti edukasi kepada wanita sebelum hamil. Termasuk pemberian tablet tambah darah (TTD) bagi remaja putri secara mingguan.

"Pemberian TTD ini juga diimbangi dengan aktivitas fisik dan konsumsi makanan bergizi seimbang. Intervensi ini dilakukan untuk memastikan remaja putri sebelum hamil tidak kekurangan zat besi dan gizi," ungkapnya.

Selanjutnya, pemeriksaan kehamilan dan pemberian makanan tambahan pada ibu hamil. Hal ini untuk memastikan gizi dan zat besi pada ibu hamil tercukupi.

"Ini untuk pemantauan perkembangan janin dengan pemeriksaan ibu hamil minimal 6 kali selama 9 bulan," tutur  Zamhari.

BACA JUGA: Pemkot Gelar Gerakan Pangan Murah, di Sini Lokasinya

Tidak hanya itu,  pemberian makanan tambahan protein hewani pada anak usia 6-24 bulan juga penting dilakukan. Sebab, stunting umumnya lebih meningkat pada usia 6-23 bulan, akibat kurang protein hewani pada MP-ASI yang mulai diberikan sejak 6 bulan.

"Intervensi ini untuk mencegah stunting pada anak usia 6-24 bulan, yang merupakan periode kritis perkembangan anak," jelasnya.

Zamhari menambahkan BKKBN akan terus berkolaborasi dengan lintas sektor dalam program percepatan penurunan stunting di Provinsi Bengkulu. Hal ini sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2021 Tentang Percepatan Penurunan Stunting.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan