harianbengkuluekspress.id - Jumlah anak yang masuk kategori stunting di Kabupaten Bengkulu Tengah (Benteng) mengalami kenaikan. Dari hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI), angka prevalensi stunting di Kabupaten Benteng naik dari 21,2 persen menjadi 23,2 persen ditahun 2024.
"Sesuai hasil survei, ada kenaikan angka prevalensi stunting dan sekarang mencapai 23,2 persen," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Benteng, Barti Hasibuan SKM.
Menyikapi hal ini, sambung Barti, saat ini sudah dilaksanakan beberapa langkah sesuai dengan hasil rakorda tingkat provinsi beberapa waktu lalu. Bahkan Penjabat (Pj) Bupati Benteng, Dr Heriyandi Roni MSi telah melakukan rapat dan mengumpulkan seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) teknis yang terlibat di dalam tim percepatan penanganan stunting (TPPS). Selanjutnya akan dilakukan berbagai upaya percepatan dan langkah-langkah strategis untuk menekan kasus stunting. Diantaranya pemberian protein hewani untuk mencegah stunting dan pemberian makanan tambahan (PMT) lokal untuk anak-anak kurang gizi.
"Pemda Benteng akan membentuk tim khusus untuk melakukan pengawasan dan monitoring terhadap langkah intervensi stunting. Sehingga ada pengawasan terhadap upaya yang dilakukan," jelas Barti.
BACA JUGA:Penjualan Motor Honda Naik, Membaiknya Harga TBS Sawit dan Kopi
BACA JUGA:1.678 Siswa SMP Ikuti Ujian, Ini Waktu Pengumumannya
Ditanya penyebab bertambahnya kasus stunting, Barti mengatakan, bahwa hal itu sesuai dengan hasil SKI yang dilakukan dengan sistem sampel. Beberapa waktu lalu, sampel anak Balita yang dilakukan pemeriksaan berjumlah sebanyak 146 orang.
"Dari hasil pendataan dan pengecekan oleh tim dari Puskesmas, kasus stunting justri mengalami penurunan. Namun, kita juga tak tahu apa yang menyebabkan hasil SKI menetapkan kasus stunting di Benteng meningkat. Yang jelas, hasil survei ini menjadi dasar untuk bekerja lebih maksimal dalam rangka menekan kasus stunting," pungkasnya.(bakti)