BENGKULU, BE - Menjelang akhir 2023 saat ini pasokan Bahan Bakar Minyak terancam terhambat dan BBM terancam langka, terutama jenis solar. Pasalnya, kuota tambahaan BBM solar 8.571 kiloliter yang diajukan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bengkulu ke Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) belum terpenuhi.
Ketua Dewan Penasehat Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) H Yurman Hamedi meminta BPH Migas untuk segera menyetujui usulan penambahan kuota solar untuk Bengkulu. Jika kuota solar tidak ditambah, maka akan menghambat perekonomian Bengkulu di akhir tahun. Hal ini karena truk angkutan, transportasi umum, dan logistik akan kesulitan mendapatkan solar.
"Kami sangat berharap BPH Migas bisa segera menyetujui usulan ini. Jika tidak, maka akan berdampak besar pada perekonomian Bengkulu," terang Yurman.
Yurman menjelaskan, truk angkutan, transportasi umum dan logistik sangat membutuhkan solar untuk menjalankan operasionalnya. Jika kendaraanya tidak mendapatkan solar, maka akan mengganggu aktivitas perekonomian.
"Truk angkutan barang tidak bisa mengangkut barang, transportasi umum tidak bisa beroperasi, dan logistik tidak bisa berjalan. Hal ini akan berdampak pada harga-harga barang dan jasa," kata Anggota Komisi III DPRD Provinsi Bengkulu.
Sementara itu, Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Bengkulu Donni Swabuana mengatakan, BPH Migas saat ini sedang mengajukan penambahan subsidi BBM solar ke Kementerian Keuangan untuk seluruh Indonesia. Jika disetujui, maka ada penambahan kuota solar untuk Bengkulu.
"Kami masih menunggu keputusan dari BPH Migas," ungkap Donni.
Dikatakannya, pemprov saat ini hanya bisa menunggu keputusan penambahaan BBM solar subsidi tersebut dari pemerintah pusat. Namun demikian, koordinasi ke Pemerintah RI, dan ke BPH Migas terus dilakukan. Sehingga bisa mendapatkan kepastian penambahaan BBM solat tersebut.
"Tentu kita harap, kuota tambahaan itu disetujui," tambahnya.
Donni menjelaskan, pada 2022, Pemprov Bengkulu telah mengajukan kuota solar sebesar 721.643 kiloliter untuk tahun 2023. Namun, BPH Migas hanya mengabulkan sebesar 106.611 kiloliter. Parahnya, pada Oktober lalu, kuota BBM solar Bengkulu kembali dipotong sebesar 6.8 persen. Kondisi tersebut, membuat kuota BBM solar terancam tidak mencukupi sampai akhir tahun ini.
"Jika kuota solar ditambah, maka akan cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Bengkulu hingga akhir tahun nanti," ujar Donni.
Kuota BBM solar yang terbatas itu, saat ini masih menjadi peyebab antrian panjang kendaraan di SPBU-SPBU di Bengkulu. Masyarakat mengeluhkan sulitnya mendapatkan solar, terutama di SPBU-SPBU yang berada di wilayah perkotaan.
"Kita minta masyarakat untuk tetap tenang dan menunggu keputusan dari BPH Migas. Tentunya, masyarakat juga tidak melakukan pembelian solar secara berlebihan," tuturnya.
Disisi lain, Susanto, salah satu sopir truk mengatakan, dirinya harus mengantri selama berjam-jam untuk mendapatkan solar di SPBU.
"Saya sudah mengantri sejak berjam-jam, tapi belum juga dapat giliran," kata Susanto.