BENGKULU, BE - Kantor Bahasa Provinsi Bengkulu menutup secara resmi Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) yang diselenggarakan selama 3 hari sejak 6 November 2023 hingga 8 November 2023 bertempat di Asrama Haji Bengkulu.
Hal menariknya dari penutupan kegiatan ini adalah pertunjukan tari massal dan terlihat juga seluruh tamu undangan, peserta, panitia, dan pendamping memakai pakaian adat Bengkulu.
Penutupan FTBI ditutup secara resmi oleh Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, Sekretariat Daerah Provinsi Bengkulu, Kharil Anwar, MSi, pada Rabu kemarin, (8/11).
Ucapan terima kasih dan apresiasi pun diberikan kepada Kantor Bahasa Provinsi Bengkulu oleh Khairil Anwar dalam sambutanya kemarin, atas supportnya Kantor Bahasa Bengkulu yang telah bersinergi membangun Provinsi Bengkulu melalui Program Revitalisasi Bahasa Daerah (RBD).
Ia menyebutkan bahwa kekayaan adat, budaya, dan bahasa di Provinsi Bengkulu yang beragam perlu dijaga kelestariannya dan pihaknya mengapresiasi para Tunas Bahasa Ibu yang sampai hari terakhir ini masih menunjukkan semangat membara dalam upaya pelestarian bahasa daerah.
"Untuk itu kami akan terus mengawal penerbitan Peraturan Gubernur (Pergub) terkait pelestarian bahasa daerah di Provinsi Bengkulu,” sampainya.
Sementara itu dikesempatan yang sama Kepala KBP Bengkulu, Dwi Laily Sukmawati, S.Pd., M.Hum., juga mengucapkan terima kasih dan mengapresiasi seluruh para tunas bahasa ibu yang sangat bersemangat mengikuti berbagai perlombaan pada festival ini.
Dwi Laily merencanakan untuk tahun 2024, RBD di Provinsi Bengkulu akan dilanjutkan dengan merevitalisasi empat dialek bahasa daerah Bengkulu, yaitu bahasa Bengkulu Dialek Pekal, Dialek Pasemah, Dialek Nasal, dan Dialek Lembak.
"Maka dalam hal ini kami juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VII yang mensponsori perlombaan menulis dan membaca aksara ulu pada perhelatan FTBI Provinsi Bengkulu Tahun 2023, dan semoga kedepan lebih baik lagi,” ujarnya.
Di sisi lain, salah satu juri yang juga merupakan penutur jati bahasa Rejang, Darwin Susianto mengatakan bahwa pihaknya patut berbangga, para tunas muda bahasa ibu, anak-anak tingkat SDdan SMP, sudah mengeluarkan kemampuan terbaiknya dalam upaya pelestarian bahasa daerah.
“Ini merupakan sebuah kemajuan, artinya RBD itu sangat penting untukdilaksanakan, untuk itu kami mengajak semua pihak agar dapat meningkatkan penggunaan bahasa ibu dan bahasa daerah, serta menyerukan untuk jangan malu berbahasa ibu,” kata Darwin.
Pada acara penutupan FTBI kemarin tampak hadir Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3A2KB) Provinsi Bengkulu, Drs. Eri Yulian Hidayat, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten/kota se-Provinsi Bengkulu, dan Camat Enggano.
Dalam kegiatan penutupan FTBI ini juga diserahkan piagam penghargaan kepada tiga maestro pelestari dan pegiat bahasa daerah Bengkulu dialek Serawai, bahasa Rejang, dan bahasa Enggano. (Ian)