Harianbengkuluekspress.id - Sebanyak 9.800 warga miskin masuk dalam daftar tunggu antrean untuk diinput dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) Kota Bengkulu. Terdaftar DTKS menjadi syarat agar bisa terdaftar sebagai penerima bantuan sosial (bansos).
"Antrean untuk masuk DTKS masih cukup tinggi. Pola perpindahan penduduk yang tidak bisa kita bendung sehingga banyak yang masuk ke Kota Bengkulu, kemudian mereka langsung mengajukan dimasukkan ke DTKS. Antrian kita menumpuk sampai 9.800 orang," ujar Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Bengkulu, Sahat M Situmorang, kepada BE, Selasa, 9 Juli 2024.
Untuk memasukkan data itu, Dinsos harus melakukan pengurangan dari data yang ada. Pengurangan ini dengan cara menyeleksi warga-warga lama yang sudah tidak layak lagi terdaftar di DTKS sebagai penerima bantuan. Dikatakan Sahat, jumlah DTKS trennya menurun akibat pemutakhiran yang telah dilakukan. Banyak warga yang dikeluarkan terutama yang dianggap tidak lagi tergolong miskin, sudah meninggal atau pindah.
"Saat ini jumlah DTKS 151 ribu lebih, dan itu fluktuatif. Warga ada yang meninggal atau pindah dari Kota Bengkulu kita keluarkan dari DTKS. Jadi fluktuatifnya itu sama seperti status kependudukan," jelas Sahat.
BACA JUGA:Perbaikan Traffic Light Diusulkan ke Sini
BACA JUGA:Ribuan Guru ASN di Bengkulu Bakal Terima THR dan Gaji 13, Segini Anggarannya
Sahat mengungkapkan, masih cukup banyak warga yang diam-diam mengaku miskin demi menerima bansos padahal ekonomi sudah mampu. Menurutnya, sulit orang-orang tersebut berinisiatif dengan penuh kesadaran mengundurkan diri dari penerima bansos.
Situasi ini membuat Dinsos terus melakukan validasi dan assement secara langsung, agar bantuan dari pemerintah bisa diterima oleh orang yang memang membutuhkan.
"Saya imbau bagi keluarga yang sudah mampu tolonglah keluar dari menerima bansos. Agar yang benar-benar miskin nanti bisa masuk penerima bansos, karena bansos itu terbatas dalam APBN," imbau Sahat.
Hal ini pula yang membuat daftar antrean warga miskin cukup tinggi. Dan dampaknya masih banyak anak-anak jalanan atau pengamen yang terpaksa mencari uang dijalanan untuk menambah uang makan. Hal ini disebabkan mereka tidak terakomodir dalam kuota bansos yang disalurkan pemerintah.
BACA JUGA:13.439 Dukungan Dempo - Bang Ken di Rejang Lebong TMS, Ini Penyebabnya
"Ada keluarga yang seharusnya dapatkan, tetapi tidak dapat bansos. Jadi anaknya cari duit jualan kresek, kemoceng, tisu, karena mereka untuk menambah biaya sekolahnya. Nah, inilah dampaknya jika orang-orang yang sudah mampu, tetapi tidak mau sadar untuk keluar sebagai penerima bansos," pungkasnya. (Medi Karya Saputra)