Pemanasan Suhu Laut Picu Badai Atlantik Semakin Dahsyat pada 2024, Studi Terbaru Ungkap Fakta Mengejutkan
Pemanasan Suhu Laut Picu Badai Atlantik Semakin Dahsyat pada 2024, Studi Terbaru Ungkap Fakta Mengejutkan-ilustrasi/Bengkuluekspress-
Harianbengkuluekspress.id – Tahun 2024 mencatat sejarah baru dalam intensitas badai Atlantik yang semakin mematikan.
Sebuah studi terbaru dari lembaga penelitian Climate Central mengungkap bahwa pemanasan suhu laut akibat aktivitas manusia telah mempercepat kecepatan angin maksimum pada 11 badai besar tahun ini.
Dengan lonjakan kecepatan hingga 28 mil per jam (45 km/jam), badai-badai ini menunjukkan bagaimana dampak perubahan iklim meresap ke dalam sistem cuaca global.
"Emisi karbon dioksida dan gas rumah kaca lainnya telah meningkatkan suhu permukaan laut di seluruh dunia. Ini memperkuat badai, menjadikannya lebih ganas dan destruktif," ujar Daniel Gilford, penulis utama studi tersebut, seperti dikutip dari AFP pada Sabtu, 23 November 2024.
BACA JUGA:Prediksi BMKG, Daerah yang Alami Hujan Lebat Hari Ini, Minggu 24 November 2024, Berikut Daftarnya
BACA JUGA:Cuaca Ekstrem Landa Kota Bengkulu, Pohon Tumbang Timpa Rumah Warga
Teluk Meksiko: Pemanasan Laut dan Badai yang Mematikan
Di Teluk Meksiko, suhu permukaan laut meningkat hingga 2,5 derajat Fahrenheit (1,4 derajat Celcius) lebih panas dibandingkan dengan dunia tanpa perubahan iklim.
Kondisi ini menciptakan "bahan bakar" ideal untuk badai seperti Debby dan Oscar, yang awalnya badai tropis, berubah menjadi topan dahsyat dengan kekuatan destruktif yang luar biasa.
Beberapa badai lainnya, seperti Milton dan Beryl, bahkan melonjak dari Kategori 4 menjadi Kategori 5, sementara Helene meningkat dari Kategori 3 menjadi Kategori 4.
Peningkatan kategori ini bukan sekadar angka—setiap kenaikan mewakili potensi kerusakan yang meningkat hingga empat kali lipat.
"Badai Helene menjadi salah satu badai paling mematikan dalam sejarah modern, menewaskan lebih dari 200 orang. Ini menjadikannya badai paling mematikan kedua di daratan AS setelah Katrina pada 2005," kata Gilford.
Analisis Mendalam: Bagaimana Perubahan Iklim Mengubah Wajah Badai
Studi ini menggunakan pendekatan analitis baru yang mampu melacak intensifikasi badai secara lebih akurat.