Harianbengkuluekspress.id - Dukungan terhadap Pasangan Calon Gubernur Bengkulu nomor urut 2, Rohidin Mersyah-Meriani (Romer) terus berdatangan.
Kali ini dari kalangan masyarakat Jawa.
Dukungan itu diberikan karena Rohidin Mersyah yang saat ini masih menjabat Gubernur Bengkulu definitif mampu menjaga budaya yang ada di Bengkulu.
Tanpa membedakan suku, Rohidin mampu melestarikan budaya yang ada di Bengkulu.
Sambutan dukungan penuh dari masyarakat Jawa tersebut disampaikan saat Rohidin Mersyah hadir secara langsung dalam perayaan ulang tahun ke-4 "Seroja" dalam Pentas Paguyuban Seni Reog dan Jaranan (Seroja), di Desa Air Tenang Kecamatan Napal Putih Bengkulu Utara, Minggu, 27 Oktober 2024.
Dengan tema 'Memupuk Tali Silaturahmi Pecinta Seni Budaya Reog Jaranan Sebagai Warisan Leluhur Bangsa', kehadiran Rohidin Mersyah disambut dengan tarian khas Jawa dengan diiringi gamelan.
BACA JUGA:Romer Peduli Pendidikan Agama dan Umat, Pengasuh Ponpes dan Tokoh Buddha Ini Nyatakan Dukungan
BACA JUGA:Putri Hijau Target 80 Persen Kemenangan Romer
Ketua Paguyuban Reog dan Jaranan Kabupaten Bengkulu Utara, Wahyudi mengatakan, paguyuban atau kesenian yang dibawa dari Jawa yaitu Reog dan Jaranan hingga saat ini terus dilestarikan di Provinsi Bengkulu.
Untuk itu, pihaknya berharap kepada Rohidin Mersyah untuk terus melestarikan budaya dan adat yang ada di Bengkulu, terutama budaya Jawa.
"Kami tidak butuh pemimpin yang membagikan ambulans gratis, apalagi pemimpin yang ingin menghilangkan budaya yang ada di Bengkulu," ujar Wahyudi.
Menurutnya, masyarakat Jawa di Bengkulu terus berharap agar Rohidin tetap melanjutkan kepemimpinannya. Sehingga pelestarian budaya, khususnya budaya Jawa dapat berkembang dengan baik.
"Ke depan, dalam melestarikan budaya Bengkulu dan Jawa agar mendapat tempat di tingkatkan provinsi," tuturnya.
Wahyudi juga mengharapkan agar pentas seni Reog ini dapat dilibatkan pada HUT provinsi Bengkulu nantinya. Mengingat terdapat 35 komunitas Reog yang ada di Bengkulu Utara.
"Kami khawatir jika Pak Rohidin tidak memimpin Bengkulu nanti, kami komunitas Reog ini susah untuk bangkit atau bisa terpinggirkan. Jadi tujuan kami jelas, menginginkan pemimpin yang tahu akan budaya bukan yang pandai beretorika saja," tegas Wahyudi.