Harianbengkuluekspress.id - Kasus HIV/AIDS di Provinsi Bengkulu menjadi perhatian serius bagi pemerintah daerah. Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bengkulu mencatat, hingga akhir tahun 2024, ada sebanyak 155 kasus positif HIV/AIDS.
Kota Bengkulu masih menjadi episentrum penyebaran HIV/AIDS dengan jumlah kasus tertinggi. 66 kasus terdeteksi di Kota Bengkulu, kemudian, diikuti Kabupaten Rejang Lebong, serta kabupaten lainnya di Provinsi Bengkulu kecuali Kabupaten Kaur.
Kepala Bidang (Kabid) Program Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Provinsi Bengkulu, Ruslian SKM MSi mengatakan, adanya kasus tersebut, mengindikasikan adanya peningkatan risiko penularan HIV/AIDS di kalangan masyarakat, terutama kelompok berisiko tinggi.
"Lebih dari 60 persen penderitanya merupakan perilaku seks menyimpang atau Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT)," terang Ruslian, Minggu 1 Desember 2024.
BACA JUGA:Tertipu Beli Tanah Rugi Rp 90 Juta, Di Sini Lokasi Tanah yang Dibeli Warga Kota Bengkulu Ini
BACA JUGA:13 Laporan Polisi Diterima Polda, Ini Keterangan Kabid Humas Polda Bengkulu
Dijelaskannya, jika dilihat dari tahun 2010 lalu hingga saat ini, angka positif HIV/AIDS di Provinsi Bengkulu mencapai 1.092 kasus. Artinya, setiap tahun angka positif HIV/AIDS terus ada.
Perilaku seks menyimpang atau yang dilakukan oleh kelompok LGBT menjadi faktor utama penyebab meningkatnya kasus HIV/AIDS di Provinsi Bengkulu. Selain itu, juga ada penderita lain. Seperti pekerja seks komersial (PSK), masyarakat umum pengguna jasa PSK.
"Termasuk ada juga pengguna narkotika melalui suntikan, dan lainnya," tuturnya.
Upaya pencegahaan, menurut Ruslian terus dilakukan. Seperti dengan melakukan skrining sekaligus sosialisasi pada populasi kunci. Sehingga kasus tersebut terus mengalami penurunan.
"Sosialisasi kita lakukan itu, seperti pada WTS ataupun komunitas perilaku seks menyimpang. Kita pun bekerjasama dengan PMI dalam melakukan skrining ini," tambah Ruslian.
Ruslian menambahkan, ketika dalam skrining itu ditemukan kasus positif HIV/AIDS, maka pihaknya langsung melakukan langkah pengobatan, pendampingan dan pengawasan. Sehingga penderitanya tidak stres atau mengalami penurunan psikologisnya.
"Dalam sosialisasi guna meningkatkan pengetahuan terhadap HIV/AIDS ini, kita secara maksimal terus berupaya menjangkau seluruh masyarakat," ujarnya.
Di sisi lain, Ruslian mengatakan pemahaman terhadap HIV/AIDS memang penting diberikan kepada masyarakat. Mulai dari mengenali apa itu HIV/AIDS, cara penularannya, serta cara agar terhindar dari penularan penyakit tersebut.