Regenerasi Petani Terancam, Berikut Penyebabnya

Anggota DPRD Provinsi Bengkulu, Mohd Gustiadi--

BENGKULU, BE - Anggota DPRD Provinsi Bengkulu, Mohd Gustiadi SSos menilai regenerasi profesi petani di Provinsi Bengkulu saat ini mulai terancam. Hal ini dibuktikan dengan minimnya generasi muda di pedesaan yang berminat menjadi petani.

"Bahkan saat ini anak muda pedesaan cenderung memilih meninggalkan kampung halaman untuk mencari peluang di kota," terang Gustiadi yang akrab disapa Edi Tiger, Minggu (26/11).

Menurutnya, ada beberapa faktor yang menghambat regenerasi petani di Bengkulu. Salah satunya adalah pandangan masyarakat bahwa menjadi petani tidak menjanjikan kehidupan yang sejahtera. 

"Kondisi ini sangat penting untuk mengubah orientasi petani, terutama hasil produksi komoditas pertanian," bebernya.

Tidak hanya itu, Edi Tiger mengatakan, harga komoditas pertanian sampai saat ini juga belum berpihak pada petani. Belum lagi ditambah dengan tingginya harga sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk pertanian.

"Karena petani kesulitan mendapatkan nilai tambah ekonomis secara maksimal ketika hasil pertanian dijual," tambah politisi Partai Gerindra ini. 

Edi Tiger juga meminta peran aktif pemerintah daerah (Pemda) untuk mendorong pelestarian profesi petani. Hal ini dapat dilakukan dengan mengoptimalkan lembaga petani, seperti Kelompok Tani (Poktan).

"Poktan sejauh ini sebagai penggerak utama dalam transformasi petani," kata Edi Tiger.

Atas hal tersebut, Edi Tiger yang juga sebagai Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Bengkulu ini berharap pemda dapat segera mengambil langkah-langkah untuk mengatasi permasalahan regenerasi petani di Bengkulu. Hal ini penting untuk keberlanjutan sektor pertanian di daerah.

"Regenerasi petani ini menjadi sangat penting dan harus segera menjadi fokus utama. Terutama untuk mendorong generasi muda baik dari desa maupun kota agar kembali ke profesi petani yang sejahtera," pungkasnya. (151/prw)

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan