Harga Sawit Tak Sesuai Ketentuan, Ini Komentar Ketua Apkasindo Provinsi Bengkulu
Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Provinsi Bengkulu, Jakfar. --
Harianbengkuluekspress.id – Meskipun Tim Penetapan Harga Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit Provinsi Bengkulu telah menetapkan harga resmi Rp 3.116 per kilogram untuk periode Desember 2024. Namun, kenyataannya rata-rata harga TBS yang dibeli oleh Pabrik Kelapa Sawit (PKS) di wilayah ini hanya Rp 2.920 per kilogram. Tidak sesuai dengan ketentuan Tim Penetapan harga TBS. Kondisi ini menimbulkan kekecewaan dari para petani kelapa sawit di Bengkulu.
Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Provinsi Bengkulu, Jakfar mengungkapkan, rasa kecewanya terhadap praktik yang dilakukan oleh banyak PKS di Bengkulu. Sebab, rata-rata mereka membeli TBS kelapa sawit dengan harga yang tidak sesuai ketentuan yang berlaku.
"Kami sangat kecewa harga yang diterima petani jauh di bawah ketentuan resmi. Ini jelas merugikan petani," ujar Jakfar, Rabu 4 Desember 2024 kepada BE.
Jakfar menegaskan, disparitas harga ini berdampak besar terhadap kesejahteraan petani kecil yang sangat bergantung pada hasil penjualan TBS. Akibatnya petani nantinya akan sulit bertahan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
BACA JUGA:Optimis Terima DID Rp 8 Miliar,Pemkot Bengkulu Target 5 Besar Nominasi IGA 2024
BACA JUGA:Regional Technical Skill Contest For Vocational High School Sukses, Ini Dia Para Pemenangnya
"Jika PKS terus membeli dengan harga lebih rendah, bagaimana petani bisa bertahan. Ini soal keadilan bagi para petani," tambahnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa kasus serupa sering terjadi di Bengkulu, PKS tidak mematuhi aturan harga yang ditetapkan pemerintah. Menurutnya, pengawasan yang lebih ketat dari pihak berwenang sangat diperlukan untuk memastikan kepatuhan terhadap aturan tersebut.
"Perlu adanya pengawasan untuk mengatasi permasalahan ini, sehingga petani tidak terus dirugikan," tutupnya.
Salah seorang petani di Bengkulu, Adi (42) mengaku, hanya menerima Rp 2.700 per kilogram TBS yang ia jual ke salah satu PKS di daerahnya. Hal itu tentu saja tidak sesuai dengan yang diharapkan.
"Harga yang saya terima jauh dari harapan. Padahal, saya sudah berusaha menjual ke PKS resmi," katanya.
Adi menyebutkan bahwa biaya operasional, seperti pupuk dan perawatan kebun, terus meningkat. Sementara pendapatan mereka tidak pernah naik.
BACA JUGA:Regional Technical Skill Contest For Vocational High School Sukses, Ini Dia Para Pemenangnya
"Kalau harga begini terus, sulit bagi kami untuk melanjutkan usaha tani,” ungkapnya.