Produksi Padi Anjlok, Pemerintah Lakukan Langkah Ini

RIO/BE Produksi padi di Provinsi Bengkulu mengalami penurunan signifikan pada tahun 2024 yakni hanya mencapai 272.177 ton gabah kering giling, jauh di bawah target awal sebesar 288.716 ton.--

Harianbengkuluekspress.id - Produksi padi di Provinsi Bengkulu mengalami penurunan signifikan pada tahun 2024. Data dari Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (TPHP) Provinsi Bengkulu menunjukkan bahwa produksi padi tahun ini hanya mencapai 272.177 ton gabah kering giling, jauh dibawah target awal sebesar 288.716 ton.

Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (TPHP) Provinsi Bengkulu Rosmala Dewi SP MSi  mengungkapkan,  produksi padi itu dihasilkan dari lahan seluas 50.850 hektar berdasarkan hitungan Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) tahun 2015. Sementara hitungan luas lahan produksi padi tahun 2025 akan dihitung dengan luas 43.500 hektar.

"Dari target itu, angka sementara pada bulan Oktober terjadi kekurangan produksi gabah kering," terang Rosmala, Jumat 3 Januari 2025.

Dijelaskannya, penurunan produksi ini disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor utama adalah fenomena El Nino yang menyebabkan kekeringan berkepanjangan di sejumlah wilayah di Bengkulu, terutama pada periode Mei hingga Agustus. Kekeringan ini mengakibatkan gagal panen di lahan seluas 12.000 hektar.

BACA JUGA:Tertipu Suami Siri, Ibu Muda Merugi Puluhan Juta

BACA JUGA:Rumah Dibobol, Motor hingga Perhiasan Raib

"Kurangnya produksi padi ini terjadi, karena tahun 2023 terjadi  El Nino. Ada 12 ribu hektar lahan kekeringan," tuturnya.

Rosmala mengatakan, selain kekeringan, pergeseran musim tanam juga menjadi penyebab penurunan produksi.  Seharusnya pada bulan Januari hingga Februari 2024 terjadi penan raya, namun harus molor pada bulan Maret. Akibatnya, periode panen juga terganggu, yang berimbas pada hasil produksi yang menurun.

"Banyak petani  mendapatkan satu periode panen," ujar Rosmala.

Selain itu, menurut Rosmala, di  wilayah Kabupaten Lebong juga mengalami banjir yang merusak beberapa hektar lahan pertanian. Lalu pada bulan Mei hingga Agustus, banyak wilayah mengalami kekeringan, yang turut mengurangi hasil produksi padi. Kondisi kekeringan yang berkepanjangan juga berdampak pada kondisi air yang tidak optimal untuk pertumbuhan tanaman padi.

"Pada bulan Mei, Juni, dan Juli, kondisi air sangat kecil, menyebabkan penurunan hasil produksi yang signifikan. Misalnya, hasil produksi yang biasanya mencapai 5 ton per hektar menjadi hanya 3 ton, dan yang biasanya 7 ton per hektar menjadi 5 ton," jelasnya.

BACA JUGA:UMKM Didorong Tingkatkan Kepercayaan Masyarakat

Faktor lainnya yang turut mempengaruhi penurunan produksi adalah serangan hama penyakit yang semakin intensif akibat perubahan iklim. Kondisi cuaca yang ekstrem membuat hama dan penyakit tanaman lebih mudah berkembang biak.

"Kondisi kekeringan juga menyebabkan produktivitas tanaman padi menurun drastis. Sebab, kalau tidak kekeringan, petani bisa menanam padi," beber Rosmala.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan