Nelayan Keluhkan Cuaca Ekstrem, Tak Bisa Melaut, Berimbas ke Pendapatan

RENALD/BE Terlihat kapal nelayan bersandar di Dermaga Pantai Pasar Bawah usai melaut dan sepi tangkapan Rabu 29 Januari 2025.--
Harianbengkuluekspress.id – Gelombang tinggi dan angin kencang yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir di wilayah Bengkulu Selatan membuat para nelayan di Pantai Pasar Bawah, Kecamatan Pasar Manna menghadapi kesulitan besar dalam melaut. Selain membahayakan keselamatan, cuaca ekstrem juga berdampak pada menurunnya hasil tangkapan, yang berimbas langsung pada pendapatan mereka.
Salah seorang nelayan yang sudah lebih dari tiga dekade mengandalkan laut sebagai sumber penghidupan, Rahman (50) mengaku situasi ini membuat pekerjaannya semakin berat. Selain dihadapkan dengan cuaca ekstrem, nelayan yang melaut juga sepi tangkapan.
"Saat cuaca buruk, kita sama saja menaruhkan nyawa. Tapi melaut sudah jadi mata pencarian saya sejak tahun 1992, jadi tetap harus dijalani," ujarnya kepada BE pada Rabu 29 Januari 2025.
Lebih lanjut, Rahman mengaku kondisi laut yang tidak menentu sering kali memaksa mereka mengambil keputusan sulit. Sebab antara tetap melaut dengan risiko tinggi atau kembali ke darat dengan hasil tangkapan yang sedikit.
"Kalau gelombang tinggi dan angin terlalu kencang, kami harus memutuskan pulang lebih awal. Tidak bisa ambil risiko terlalu besar karena nyawa taruhannya," jelasnya.
BACA JUGA:Rentokil Initial Indonesia Pilih Mitsubishi L100 Sebagai Kendaraan Operasional, Berikut Kelebihannya
BACA JUGA:Pemkot Kaji Ulang Pemangkasan APBD, Begini Keterangan Asisten II Pemerintah Kota Bengkulu
Selain menghadapi bahaya di laut, para nelayan juga dihadapkan pada tantangan ekonomi. Rahman menjelaskan bahwa untuk sekali melaut, ia harus mengeluarkan modal sekitar Rp 800 ribu.
"Biaya tersebut mencakup bahan bakar kapal, rokok, serta bekal makanan seperti roti dan nasi untuk bertahan di tengah laut selama berjam-jam," terangnya.
Namun, cuaca ekstrem membuat pengeluaran tersebut sering kali tidak sebanding dengan hasil tangkapan. Sehingga tak jarang nelayan selepas melaut justru merugi.
"Kalau cuaca buruk, hasil tangkapan pasti berkurang. Kami harus pulang lebih cepat, meskipun ikan yang didapat belum banyak," ujarnya.
Ia mencontohkan pendapatan yang diperolehnya selepas melaut hanya berkisar Rp 2 juta. Sehingga dengan hasil tangkapan berupa ikan kapas, ikan blidang, dan ikan tenggiri sangat jauh dengan harapan.
"Pendapatan tidak bisa dipastikan. Kadang untung, kadang rugi. Hari ini saja hasilnya cuma sekitar Rp 2 juta, padahal biasanya bisa lebih," tambahnya.
Kondisi ini membuat para nelayan berharap cuaca segera membaik agar mereka bisa kembali melaut dengan aman dan mendapatkan hasil tangkapan yang lebih baik. Selain itu, mereka juga berharap adanya perhatian dari pemerintah, terutama dalam bentuk bantuan subsidi bahan bakar atau peralatan keselamatan yang lebih memadai.