Harga TBS Sawit di Bengkulu Naik Turun, Petani Diminta Jaga Kualitas

Petani kelapa sawit memetik TBS kelapa sawit di Bengkulu.-IST/BE-
Harianbengkuluekspress.id – Harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit di Provinsi Bengkulu mengalami naik - turun. Untuk periode Februari 2025, usia tanam 10-20 tahun, harga TBS ditetapkan sebesar Rp2.643 per kilogram (kg). Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai Rp2.769 per kg.
Kepala Bidang Perkebunan Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (TPHP) Provinsi Bengkulu, Bickman Panggarbesi menjelaskan bahwa penurunan harga ini disebabkan oleh laporan invoice penjualan produk turunan kelapa sawit yang disampaikan oleh perusahaan.
"Faktor utama yang menyebabkan penurunan harga TBS adalah data penjualan produk turunan yang kami terima dari perusahaan. Kami terus berupaya agar harga tetap stabil, namun kondisi pasar global juga turut memengaruhi," ujar Bickman, Sabtu, 1 Februari 2025.
Menurutnya, meskipun harga mengalami penurunan, petani tetap diimbau untuk menjaga kualitas TBS agar tidak semakin tertekan.
BACA JUGA:Kopi Robusta Unggul Lebih Mahal, Segini Harganya per Kg
BACA JUGA:Tak Ada Tarif Pajak Baru, Ini Keterangan Kepala Kanwil DJP Bengkulu dan Lampung
"Kami meminta petani untuk tetap menjaga kualitas buah yang dipanen agar harga tidak turun lebih jauh," tambahnya.
Bickman menyebutkan, pemerintah daerah akan terus berkoordinasi dengan perusahaan pengolahan sawit untuk mencari solusi terbaik.
"Kami akan terus melakukan pemantauan dan berkoordinasi agar harga tidak semakin merugikan petani," katanya.
Selain itu, ia juga mengimbau petani untuk mengikuti praktik pertanian berkelanjutan agar kualitas TBS tetap baik dan daya saing meningkat.
"Pengelolaan kebun yang baik, pemanenan tepat waktu, dan penerapan standar mutu akan membantu menjaga harga tetap kompetitif," jelasnya.
Penurunan harga ini tentu berdampak besar bagi para petani sawit di Bengkulu. Salah satu petani sawit asal Kota Bengkulu, Ahmad (45) mengungkapkan, kekecewaannya terhadap harga yang turun drastis.
"Harga segini bikin kami kesulitan. Modal pupuk dan perawatan kebun tetap tinggi, tapi hasil panen kami malah dihargai lebih murah," keluhnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Siti (50), seorang petani lainnya. Ia mengatakan bahwa dengan harga yang rendah, banyak petani mulai kesulitan untuk menutupi biaya operasional kebun mereka.