Kerusakan Irigasi Ancam Swasembada Pangan di BS, Pemerintah Harus Bertindak Cepat

Irigasi Selebang Kecamatan Kedurang yang rusak berat bisa menghambat program swasembada pangan. -RENALD/BE -
Harianbengkuluekspress.id – Program Swasembada Pangan yang dicanangkan pemerintah untuk meningkatkan produksi pangan dalam negeri menghadapi berbagai kendala di Kabupaten Bengkulu Selatan. Salah satu permasalahan utama yang menghambat program ini adalah kekeringan berkepanjangan yang melanda lahan persawahan di sejumlah wilayah.
Kondisi ini semakin diperparah oleh kerusakan saluran irigasi yang berfungsi sebagai sumber utama pengairan sawah.
Program Swasembada Pangan telah diterapkan di berbagai kecamatan di Bengkulu Selatan dengan harapan meningkatkan ketahanan pangan lokal.
"Namun, dalam pelaksanaannya, petani menghadapi tantangan besar akibat minimnya pasokan air. Lahan pertanian yang mengalami kekeringan terus bertambah, menyebabkan hasil panen menurun dan mengancam keberlanjutan program," ujar Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bengkulu Selatan, Sakimin kepada BE, Sabtu, 15 Februari 2025.
BACA JUGA:Calon Ketua Golkar Provinsi Bengkulu Wajib Kantongi 30 Persen Suara, Begini Ketentuannya
BACA JUGA:Dampak Pemangkasan Anggaran, Bantuan Bedah Rumah Tak Layak Huni Terancam Batal
Sukarni menanggapi kondisi ini dengan menekankan bahwa masalah irigasi menjadi faktor utama yang harus segera ditangani.
Ia menjelaskan bahwa kewenangan terkait perbaikan saluran irigasi berada di tingkat nasional, bukan di bawah kendali Dinas Pertanian.
"Kendala yang ada di Kedurang ini memang adanya kekeringan yang berkepanjangan. Wewenang untuk irigasi sebenarnya bukan dari Dinas Pertanian, tapi itu untuk level nasional. Kegiatan irigasi ini nantinya kalau bisa akan kita sampaikan ke Jakarta," sambungnya.
Lebih lanjut, Sakimin mengungkapkan bahwa beberapa wilayah yang mengalami dampak paling parah dari kerusakan irigasi adalah Kecamatan Kedurang dan Kecamatan Pino, terutama di Desa Ganjuh.
Kerusakan terbesar terjadi pada Irigasi Selebang di wilayah Kecamatan Kedurang dan saluran irigasi di wilayah Ganjuh. Untuk mengatasi masalah ini, pihaknya tengah mengkaji kemungkinan pembangunan bendungan di Sungai Kedurang dan sungai di Desa Ganjuh guna menjamin ketersediaan air bagi lahan pertanian.
"Kami melihat ada potensi untuk pembangunan bendungan di beberapa titik strategis, seperti Sungai Kedurang dan sungai di Desa Ganjuh. Jika ini bisa direalisasikan, maka diharapkan dapat mengatasi permasalahan kekeringan yang selama ini menghambat produktivitas pertanian," jelasnya.
Di sisi lain, kekeringan yang berkepanjangan telah mendorong sebagian petani untuk melakukan alih fungsi lahan. Di beberapa daerah, sawah yang biasanya digunakan untuk menanam padi kini beralih ke tanaman jagung yang lebih tahan terhadap kondisi kering.
"Diimbau kepada seluruh masyarakat yang mempunyai lahan sawah dengan ketersediaan air yang cukup untuk tidak melakukan alih fungsi lahan dari padi ke jagung. Walaupun di Kedurang Ilir sudah ada petani yang beralih ke jagung karena kekeringan, hal ini sebaiknya hanya bersifat sementara," tutupnya.