Masyarakat Harus Selektif Pilih Prodi Internasional, Ini Alasannya

Wakil Rektor Universitas Terbuka Mohamad Yunus (dua dari kiri) menjelaskan soal akreditasi internasional di kampusnya (16/10).--

 

JAKARTA, BE - Keberadaan program studi (prodi) dengan embel-embel internasional atau kelas internasional, banyak ditemukan di sejumlah kampus ternama di Indonesia. Masyarakat perlu selektif dalam memilih prodi internasional. Supaya bisa benar-benar memberikan nilai tambah selama menempuh perkuliahan. 

Wejangan tentang keberadaan prodi internasional tersebut disampaikan Wakil Rektor Universitas Terbuka Mohamad Yunus di kampusnya pada Senin (16/10) sore. Dia mengatakan prodi internasional harus benar-benar dikelola dengan baik. Selain itu juga harus mendapatkan akreditasi atau pengakuan dari lembaga internasional yang terkait, serta punya reputasi. 

"Kami tidak ingin namanya saja kelas prodi internasional, tapi tidak jelas pengelolaannya. Prodi internasional harus memberikan nilai tambah," katanya di sela proses akreditasi oleh Foundation for International Business Administration Accreditation. Pada saat ini ada empat prodi yang sedang diakreditasi oleh lembaga itu. Yaitu Prodi Manajemen, Akuntansi, Ekonomi Pembangunan, dan Hukum. 

Yunus menuturkan biaya kuliah di prodi berlabel internasional jelas lebih mahal dibandingkan dengan prodi reguler. Apalagi prodi internasional ini menyasar pasar mahasiswa luar negeri. Seperti dari kawasan Eropa, Asia, hingga Australia. Meskipun tidak menutup kemungkinan, masyarakat dalam Indonesia untuk ikut kuliah di prodi internasional. 

"Selama memenuhi persyaratan dan kemampuan," katanya. Diantaranya adalah kemampuan berbahasa Inggris. Yunus mengatakan seluruh bahan ajar dan proses perkuliahan di prodi internasional disajikan dalam bahasa Inggris. Termasuk bagi para mahasiswa dalam negeri. 

Selain itu Yunus mengatakan status kelas internasional itu berdampak pada biaya kuliah karena tidak ada subsidi dari APBN. Dia mengatakan saat ini belum ada skema subsidi atau kucuran bantuan dari APBN untuk operasional prodi atau kelas internasional. Jadi masyarakat yang ingin masuk prodi internasional harus siap dengan konsekuensi biaya kuliah yang lebih mahal. 

Yunus menjelaskan di kampusnya, sudah dipersiapkan akreditasi internasional untuk belasan prodi. Tahun ini dimulai untuk empat prodi terlebih dahulu. Proses akreditasi biasanya selesai enam bulan. Sehingga dia berharap tahun dengan sudah ada prodi internasional di Universitas Terbuka. 

Berikutnya tahun depan rencananya akan ada lima prodi yang menjalani akreditasi internasional. Dia berharap kelas internasional ini sekaligus menjadi solusi bagi WNI atau diaspora yang tersebar di penjuru dunia. Dia menegaskan prodi internasional harus memberikan nilai tambah bagi mahasiswanya. (jp)

 

Tag
Share