Harianbengkuluekspress.id - Angka balita stunting di Provinsi Bengkulu cukup mengkhawatirkan. Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, dan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, angka
prevalensi balita stunting masih tinggi.
Hasil SSGI tahun 2023, angkanya mencapai 19,8 persen dan berdasarkan SKI 2023 justru naik 0,4 persen menjadi 20,2 persen.
Jika dilihat dari keluarga berisiko stunting, angkanya juga cukup mengkhawatirkan.
Kota Bengkulu dan Bengkulu Utara paling tinggi. Ada 12.720 keluarga berisiko stunting di Kota Bengkulu. Kemudian di Bengkulu Utara sebanyak 11.608 keluarga.
Lalu disusul Kabupaten Seluma 10.778 keluarga, Rejang Lebong 10.301 keluarga, Mukomuko 8.705 keluarga.
BACA JUGA: KPU Pastikan CAT PPK Transparan, Ini Dia Tanggal Tesnya yang Harus Diingat Peserta
BACA JUGA:Gowes Santai Jalur Matai, Dandim Terkesan dengan Keindahannya
Kemudian Lebong 6.899 keluarga, Kaur 6.864 keluarga, Bengkulu Selatan 6.653.
Paling kecil keluarga berisiko stunting di Bengkulu Tengah yaitu 3.987 dan Kabupaten Kepahiang 5.872 keluarga.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), RI dr Hasto Wardoyo Sp.OG(K) mengatakan, pencegahan stunting menjadi penting dilakukan.
"Menjelang Indonesia Emas 2045, SDM Indonesia harus berkualitas," kata Hasto dalam Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda) Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting se-Provinsi Bengkulu tahun 2024 di Hotel Mercure Bengkulu, Rabu, 8 Mei 2024.
Dijelaskannya, pembangunan keluarga adalah pondasi utama tercapainya kemajuan bangsa.
Maka tahun 2025 sampai 2035 merupakan fase puncak periode bonus demografi yang harus terus dikapitalisasi.
"Keluarga sehat, produktif, dan berkualitas adalah Tujuan Program Bangga Kencana Menuju Indonesia Emas 2045 atau 100 Tahun Indonesia Merdeka," bebernya.