BENGKULU, BE - Pemerintah Provinsi Bengkulu melalui Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) mendorong pemerintah desa untuk lebih gencar dalam meningkatkan penerimaan pendapatan asli desa dengan cara memanfaatkan dan menggali potensi yang ada di desa.
Kepala Dinas PMD Provinsi Bengkulu Siswanto SSos MSi mengatakan, potensi desa dapat digali dengan membuat terobosan dan inovasi baru yang dapat menggerakkan dan meningkatkan perekonomian masyarakat. Mengingat besarnya kucuran dana desa oleh pemerintah yang masuk ke desa.
"Kita mendorong dan mendukung pemerintah desa di Provinsi Bengkulu, untuk menggali sejumlah potensi yang ada dalam mendongkrak penerimaan pendapatan asli desa," kata Siswanto kepada BE.
Ia mengaku, untuk mendongkrak penerimaan pendapatan asli desa, kepala desa dan badan permusyawaratan desa (BPD) dapat membentuk peraturan desa (Perdes), terutama dalam menarik retribusi maupun pungutan yang tidak melanggar aturan perundang-undangan yang berlaku seperti retribusi ke objek wisata desa. Selain itu, desa juga dapat meningkatkan pendapatan dari pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUMdes). Sehingga desa bisa meningkatkan penerimaan pendapatan.
"Desa itu memiliki potensi yang besar, tinggal bagaimana cara mereka bisa menghasilkan pendapatan," ujar Siswanto.
Ia menjelaskan, anggaran dana desa yang digelontorkan pemerintah ke desa setiap tahunnya baik itu bisa mencapai Rp1,8 miliar per tahun. Sedangkan, Pendapatan Asli Desa bisa ditaksir kurang dari Rp 20 juta yang berasal dari unit usaha BUMDes. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan pendapatan di desa, pemerintah mendorong perangkat desa agar mampu menggali potensi yang belum tergarap di desa.
"Kita berharap ada peningkatan pendapatan melalui potensi desa yang belum tergarap, karena masih banyak potensi yang belum tergarap hingga saat ini," jelasnya.
Ia mengaku, beberapa potensi yang belum tergarap diantaranya mendorong desa untuk melakukan budidaya perikanan dan peternakan yang menguntungkan. Pasalnya dari banyak desa di Bengkulu kebanyakan banyak program yang meniru dengan desa lainnya. Bahkan rata-rata program yang ditiru tidak begitu maksimal menghasilkan pendapatan bagi desa.
"Rata-rata desa hanya meniru, kalau yang ditiru menghasilkan pendapatan tidak masalah, kadang yang ditiru tidak produktif seperti pembelian tenda pernikahan dan sebagainya," tutupnya. (999)