Setelah berhasil menangkap dan membunuh satu harimau tersebut, ia pun kecanduan untuk menangkap dan menbunuh harimau, terlebih lagi yang menggangu warga.
Pada awal perburuannya, Datuk Mawi mengaku hasil buruannya tidak ia jual, melainkan hanya dibunuh kemudian dikubur.
Pada awal-awal berburu, ia mengaku tidak menggunakan jerat maupun senjata api rakitan.
Ia hanya bermodalkan parang dan sebatang kayu dengan panjang sekitar 50 cm. Kayu tersebut ia gunakan untuk melumpuhkan harimau buruannya dengan memukulkannya ke bagian leher maupun bokong harimau yang langsung membuatnya tak berdaya.
"Awal saya berburu hanya untuk melindungi warga saja, namun beberapa tahun setelah itu baru ada yang mau membeli," terang Datuk Mawi.
Pertama kali dibeli, harimau hasil buruannya dijual dengan harga Rp 30 ribu, bagian tubuh yang ia jual hanya kulit, taring dan tulang.
Karena hasil burunnya memiliki nilai ekonomi, sehingga membuat Mawi makin semangat untuk berburu. Bila selama ini ia hanya menggunakan tangan kosong untuk berburu, kemudian ia mulai menggunakan jerat dengan menggunakan kawat seling.
Ia lebih memilih menggunakan jerat ketimbang menggunakan senjata api rakitan, karena menurutnya bila menggunakan senjata api rakitan, buruannya bisa saja melarikan diri dan mati di lokasi yang ia tidak ketahui. Kemudian harga kulit harimau yang ditembak juga lebih murah, karena setiap lubang bekas tembakan harganya akan berkurang sampai Rp 1 juta.
Dalam berburu Harimau, Mawi hanya seorang diri.
Ia masuk ke kawasan TNKS selama satu bulan hingga satu tahun, dengan modal yang ia bawa hanya parang, kayu dan pisau yang ia gunakan untuk menguliti harimau yang didapat.
Sedangkan untuk perbekalan, ia hanya mengandalkan isi hutan, bahkan ia kerap memakan daging harimau hasil buruannya.
"Kalau dagingnya sering dimakan, karena memang saya tidak bawa bekal," ungkap Mawi.
Dalam berburu Harimau Sumatera tersebut, Datuk Mawi mengaku tidak memiliki rasa takut sama sekali dengan harimau, karena menurutnya bila ia memiliki rasa takut maka ia tidak akan mendapatkan harimau.
Bahkan bila ia mendengar suara auman harimau, maka ia langsung bergegas memburunya.
Datuk Mawi mengaku terakhir kali ia berburu dan mendapatkan harimau pada tahun 2017 lalu. Saat itu harga harimau hasil buruannya hanya dihargai Rp 17 juta.
Dalam kurun waktu dari tahun 1972 sampai dengan tahun 2017, ia mengaku tak kurang dari 150 ekor Harimau Sumatera ia bunuh. Dari jumlah tersebut, sekitar 20 ekor ia bunuh cuma-cuma karena belum mengenal pembeli.