Harianbengkuluekspress.id- Pelaksanaan Grand Final Kompetisi Pidato Nasional (KPN) 2024 telah berakhir.
Dewan juri pun telah mengumumkan nama-nama pemenang terbaik tingkat nasional.
Ada delapan penghargaan yang diberikan kepada peserta terbaik. Rinciannya, tiga pemenang terbaik dan lima special mentions.
Mereka berasal dari siswa madrasah, negeri dan swasta, serta Sekolah Menengah Agama Katolik (SMAK).
Penyerahan penghargaan pun langsung diberikan oleh Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas pada penutupan Grand Final KPN Madrasah 2024, Minggu 11 Agustus 2024.
Tiga pemenag terbaik berhasil meraih penghargaan berupa uang pembinaan dengan total nilai puluhan juta. Rinciannya, terbaik I diraih oleh Syatta Imtiyaaz Thubaila dari MAN 1 DI Yogjakarta, Terbaik II diraih Alivy Huriyah Rizka Ramadhani dari MAN 2 Malang, Jawa Timur dan Muhammad Irkham Nasibudin dari MA Darul Hikmah Jepara, Jawa Tengah sebagai terbaik III.
BACA JUGA:Membludak, Kompetisi Pidato Moderasi Beragama Tembus Ribuan Pendaftar
BACA JUGA:Ribuan Peserta Tereliminasi, 34 Peserta Gen Z Ikuti Kompetisi Pidato Nasional 2024
Pada kesempatan itu, Menag mengapresiasi pelaksanaan KPN 2024 yang digelar Direktorat Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah pada DItjen Pendidikan Islam.
Menurutnya, KPN 2024 berhasil menjaring anak-anak muda yang memiliki keahlian berpidato, menyampaikan pendapat dan gagasannya tentang kebhinekaan, tentang moderasi beragama, dan tentang keberagaman.
"Ke depan, tidak akan lagi banyak kita temui orang yang kalau pidato isinya cuma marah-marah. Kita berharap itu sudah tidak ada lagi. Karena kita punya dan siapkan sekian banyak kader penceramah yang saat pidato, akan menyuarakan dan menyampaikan gagasan-gagasan kebangsaan, gagasan kebhinekaan kepada seluruh masyarakat ini," ujar Menag dikutip dari laman resmi Kemenag.
Pria yang akrab disapa Gus Men itu menegaskan, KPN menanamkan nilai penghargaan atas kebhinekaan kepada generasi muda sangat penting.
Sebab, setiap episode sejarah di manapun negara berada, selalu diwarnai keberagaman. Tidak ada sejarah kehidupan yang diwarnai keseragaman, semua berbeda.
"Itu artinya, Tuhan menghendaki kita berbeda-beda. Sekarang kita sebagai ciptaan Tuhan bagaimana menyikapi perbedaan itu menjadi sebuah kekuatan, bukan sebagai kelemahan," ujar Gus Men.
Kepada para finalis, Gus Men berpesan bahwa apa yang telah dicapai bukan akhir dari sebuah perjalanan dan latihan. Kemampuan dan talenta generasi mudah dalam menyampaikan ide dan gagasan melalui pidato ini sangat dibutuhkan.