Di lain sisi, kekhawatiran pasar terhadap ekonomi Tiongkok juga membebani sentimen regional.
Pasalnya, data menunjukkan perlambatan lebih lanjut dalam aktivitas pinjaman di negara tersebut hingga Oktober 2023.
Likuiditas Negeri Tirai Bambu pun mengalami penurunan meskipun ada langkah-langkah stimulus baru dari pemerintah.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI), Edi Susianto menerangkan, penguatan rupiah ditopang oleh kabar baik dari AS.
Baru saja diumumkan inflasi AS turun dari 3,7 persen menjadi 3,2 persen pada Oktober 2023. Hal itu mendorong sentimen bahwa Bank Sentral AS tidak akan menaikkan FFR
Pada Oktober 2023, inflasi AS masih berada di angka 3,7 persen (yoy) atau jauh di bawah target bank sentral di kisaran 2 persen.
The Fed pada akhirnya memilih untuk menahan suku bunga di level 5,25-5,50 persen. Situasi ini akan mendorong aliran modal kembali ke negara berkembang. (*)
Artikel ini sudah terbit di bacakoran.co dengan judul : Rupiah Meroket ke Rp15.492 per USD di Akhir Pekan