Produksi Pangan Lokal di Bengkulu Rendah, Tantangan Serius Bagi Pemerintah

Minggu 22 Sep 2024 - 21:11 WIB
Reporter : Rewa
Editor : Dendi Supriadi

Harianbengkuluekspress.id  - Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu menghadapi tantangan serius dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan lokal. Produksi tanaman lokal, seperti ubi kayu dan jagung, tercatat rendah di daerah ini.


Padahal, kedua jenis tanaman ini terbilang mudah dibudidayakan dan tidak memerlukan perawatan ekstra seperti tanaman padi. Meski begitu, hanya sedikit masyarakat yang memproduksi kedua tanaman ini.


Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu, Arwan Tantawi SP mengungkapkan keprihatinannya terkait kondisi ini.


Ia menegaskan bahwa ubi kayu dan jagung memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan lokal.


"Produksi pangan lokal dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor serta meningkatkan ketahanan pangan di Bengkulu," ujar Arwan, Minggu, 22 September 2024.

BACA JUGA:Lewat Program CSR Baktiku Negeriku 2024, Telkomsel Dorong Pertumbuhan Ekonomi Desa

BACA JUGA:BS Kekurangan Insan Pariwisata, Segini Jumlahnya


Namun, ironisnya, sebagian besar masyarakat di Bengkulu lebih memilih untuk fokus pada produksi kelapa sawit. Hasilnya, potensi besar dalam sektor pangan lokal terabaikan.


"Kami melihat produksi pangan lokal terabaikan, kebanyakan masyarakat memilih memproduksi kelapa sawit," ujar Arwan.


Menurut penelitian terbaru dari Universitas Bengkulu hanya sekitar 30% lahan pertanian di Provinsi Bengkulu yang digunakan untuk menanam ubi kayu dan jagung.


Ini menciptakan kesenjangan besar antara potensi dan realitas produksi pangan lokal.


"Lahan untuk produksi pangan lokal sedikit dibandingkan produksi kelapa sawit," tuturnya.


Beberapa petani yang telah beralih ke tanaman ubi kayu dan jagung melaporkan hasil yang memuaskan.

Seorang petani di Kota Bengkulu, Iswandi mengatakan, setelah beberapa tahun menanam ubi kayu, hasilnya lebih baik dibandingkan kelapa sawit. Dimana harga ubi kayu mampu mencapai Rp 4 ribu per kilogram dan setiap hektar lahan mampu memproduksi kurang lebih 30 ton.


"Saya beralih menanam ubi kayu beberapa tahun lalu, dan hasilnya jauh lebih baik daripada kelapa sawit. Penghasilan saya meningkat, dan saya bisa memasok pangan lokal ke pasar," ujarnya.

Kategori :